Rabu, 18 Desember 2013

ANALISIS NASKAH DRAMA "PERAHU NUH" KARYA ASPAR PATURUSI

Lampiran

PERAHU NUH
KARYA ASPAR PATURUSI

Mereka mulai menembak ke segala penjuru.mereka menyembunyikan apa saja.besi,kayu,kaleng,atau apa saja mereka bunyikan.
Pemimpin : Tembak apa yang bisa kita tembak.
Mereka menembak
Pemimpin : Gasak apa yang bisa kita gasak!
        Mereka menyerbu menggasak.
Pemimpin : Sergap apa yang bisa kita sergap.
Mereka menyergap,mereka memberikan perlawanan sehebat-hebatnya,sampai       mereka terhenti karena capek sendiri.
Pemimpin : Saudara-saudara, tidak semudah yang kita bayangkan.tenaga kita telah kita habiskan untuk suatu hal yang tak punya kepastian.namun,target telah tercapai.kita telah muntah sepuas-puasnya.masih sanggupkah saudara-saudara berdiri tegak?!tegaklah seperti seorang pahlawan yang menang perang.ingat,tugas yang lebih berat akan segera kita hadapi.simpan,simpanlah energy,saudara!
Nah,sekarang bersiap-siaplah.pulau ini akan segera kita kosongkan.bawalah segala kebutuhan yang ada buat bekal di perjalanan.jangan lupa bawa bibit-bibit tanaman, hewan ternak berpasang-pasangan,kita harus menghadapi setip kemungkinan!
Seseorang : Kita berangkat dengan apa?
bodoh!dengan kemauan semangat membaja.
                    maksudku,apakah kita pakai pesawat terbang,kapal laut,perahu,atau rkit!
                    berenang juga boleh,kalau kau sanggup.
                    jangan main-main,ah,ini kenyataan.perahu pun belum kita punya.
Pemimpin : Karena keputusan berangkat adalah kesepakatan bersama dan di dukung loeh semangat yang berapi-api,maka segala daya dan tenaga harus kita kerahkan.sekarang kerahkan tenaga untuk membuat perahu yang mampu menampung seluruh penduduk pulau ini tanpa kecuali.siapakan tali-temali,layar,dan terutama kemudi.jangan lupa siapkan jangkar,karena sewaktu-waktu kita mungkin berhenti di suatu tempat. kerjakan.
Mereka pun menyediakan perahu.memasang layar,merentang tali.kesebukan mereka memenuhi seluruh panggung.yang mengangkat,yang memanjat,yang memasang tali.yang membentak sanadan sini.semua berlangsung dengan penuh semangat.
Seseorang : Lapor,semuanya sudah siap?
Pemimpin : Perbekalan bagaimana!
 sedang di siapkan, pak!
bagus, itu yang paling penting,agar perjalanan kita aman.
Tali,bagaimana? apa sudah di simpul kuat-kuat?
Seseoarang: Beres,pak!ini tali terkuat yang pernah kita miliki.
 bagus. layar?!
layar ini siap menghadapi angin paling kencang bagaimanapun,pak.
bagus.
 kemudi?!
di jami takkan patah,pak.
bagus,jangkar?!
jangan sembarangan turunkan,pak. Menariknya kembali memerlukan ekstra tenaga.
bagus.nah,saudara-saudara,kita beri nama apa perahu kita yang megah ini?
 usul.pak,saya usulkan suara merdeka.
ini bukan nama baru.perahu kecilku dulu memakai nama itu.: beri nama penjelajah.
PemimpinItupun sudah biasa.lagi pula pelayaran kita ini bukan untuk menjelajahi pulau demi pulu.tapi kita ingin menemukan negeri baru.
saya,pak,saya usulkan agar perahu kita ini di beri nama:perahu GAGAMA.saya pikir ini yang paling tpat,pak.nama ini mewakili semangat rakssa,kemegahan perahu,kepstian bertindk,dan kesepakatan yang di junjung bersama dan penuh musyawarah.
Yang lain : GAGAMA,kata apa itu?aku baru mendengarnya.
 nah,itu kelemahanmu di bidang istilah.GAGAMA singkatan dri gajah,garuda,harimau.sempurna kehebatannya,bukan?
Pemimpin : Terlalu muluk,saudara-saudara.sulit kita menemukan nama yang baru.begini,saudara-saudara,karena perjalann dan keputusan kita meninggalakn pulau ini bersama-sama sekaligus dengan sebuah perahu besar,naka ini mengingatkan kita kepada pelayaran nabi NUH dahulu kala.agar tidak rpeot mempertengkarkan nama,aku usulkan dan semoga di sepakati nama perahu kita ini ialah perahu NUH 2.sederhana,bukan ?dan ini nama sejarah.
Mereka setuju dan gembira.mereka segera berebut naik ke perahu.namun perahu NUH 2 segera mereka pasang.nyanyian dan gendering memeriahkan suasana.
Syair setelah nama”perahu NUH 2”di pancangkan:
Lajulah,perahu laju,
Menuju negeri baru
Harapan baru
Impian baru

Lajulah perahu NUH ke dua
Bersama tekat kami
Menantang prahara
Menghadang bencana

Laju,laju,laju segera
Perahu NUH ke dua
Angin,terbangkan segala duka
Angin,bawalah berita gembira

Perahu NUH ke dua
Ke negeri baru
Impian baru
Harapan baru
Cita-ciat baru

Laju,melaju
Laju-melaju

Seseorang segerra datang melapor
Pelapor : Lapor,pak,persediaan makan di pusat perbekalan susut.ada yang tak beres sewaktu kami siap mengangkutnya.
Pemimpin : Maksudmu ada yang menggerogoti perbekalan kita?
Pelapor: Kira-kira begitu,pak!
Pemimpin : Yang tegas!katakan terus terang kalau ada penyelewengan atau ada yang korupsi.
Maaf,pak.penanggung jawab perbekalan telah kami tangkap.
Pemimpin : Mana orangnya?hadapkan segera.
(mereka menggiring koruptor)
Wah,jadi kaulah orangnya?mentang-mentang dekat dengan lumbung pangan,kau tak kuasa menahan diri.
Orang-orang : Gantung saja,dia pak?
Buang saja ke laut!
Cincang saja dia.ambil isi perutnya dan berikan kepada kambing-kambing kita yang kurus.
Ikat dia di puncak tiang layat.
Setuju,dan biarkan dia merasakan teriknya mataharI dan dinginnya malam sampai dia mampus.
Jangan berikan dia air atau makan selama dia berada di situ.
Pemimpin : Diaaam!ingat,sekarang tidak ada lagi pembunuhan.tidak ada lagi bals dendam.kita akan memulai perjalanan panjang. pulau yang kita cintai ini namun terpaksa kita tinggalakan, akan kita lepaskan dengan damai. kalau hukuman teteap kita jatuhkan, maka ada dua pilihan baginya. pertama, kita tinggalkan dia di pulau ini sendiri. kedua, dia boleh ikut berlayar, tapi bila kita temukan daratan lain dan ternyata kita masih harus mencari yang lebih baik,kita akan turunkan pula dia sendiri di sana.setuju, saudara-saudara?
Mereka setuju.
Pemimpin : Nah apakah kamu tinggal sendiri di pulau ini
Orang itu menggeleng
Orang lain : Nah,lihat.untuk bicara pun dia tak sanggup lagi.
Padahal kita masih jaya,ketika belum ketahuan kejahatannya dialah yang paling cerewet bahkan dia senang membual.
Pemimpin  : Sudah,bawa dia ke atas perahu.biarkan dia bebas.perlakukan sama dengan yang lain
Seorang wanita : Itu terlalu bijaksana,pak.tidak setimpal dengan perbuatannya.
Pemimpin : Biarkan dia rasakan nikmatnya kenikmatan.
Wanita : Wah,kalau begitu dia selalu beruntung,pak.dia sudah menikmati hasil kejahatannya.
Pemimpin: Biarlah jadi kenangan seumur hidup,kalau kita tinggalkan dia di suatu tempat nanti,sudahlah,mari kita berangkat.
Mereka berbondong-bondong menaiki perahu sebelumnya mereka mengadakan upacara perpisahan dengan pulau.ada yang biasa-bisa saja.ad pula yang cengeng-cengeng








ANALISIS NASKAH DRAMA “PERAHU NUH” KARYA ASPAR PATURUSI
OLEH
Justang

Univ. 19 November Kolaka

A.  Deskripsi Naskah Drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi

B.   Unsur Intrinsik Dalam Naskah Drama” Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi

Kajian dalam penelitian ini difokuskan pada unsur-unsur sebagai berikut. 1) tokoh, peran dan karakter, 2) motif, konflik, peristiwa dan alur, 3) latar dan ruang, 4) penggarapan bahasa, 5) tema dan amanat. Uraian rinci mengenai unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut.
1.    Tokoh, Peran dan Karakter
Bagian ini diuraikan secara rinci mengenai tokoh, peran dan karakter. Ketiga unsur ini diuraikan satu persatu untuk mendapatkan gambaran rinci menggenai tokoh, peran dan karakter dalam naskah drama “perahu nuh” karya aspar paturusi.
Uraian mengenai tokoh dalam penelitian ini diarahkan pada: 1) tokoh berdasarkan peranan atau tingkat pentingnya dalam cerita, 2) berdasarkan sifat, 3) berdasarkan perwatakannya, 4) berdasaarkan perkembangan watak, 5) berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh.
Tokoh dalam naskah drama “perahu nuh” karya aspar paturusi adalah sebagaai berikut. 1) ) Pemimpin, 2) Seseorang, 3) Yang lain, 4) Pelapor, 5) Orang-orang, 6) Orang lain, 7) Seorang Wanita, 8) Wanita. Tokoh-tokoh diatas diuraikan berdasarkan kriteria berikut ini.
a.       Tokoh Berdasarkan Peranan Atau Tingkat Pentingya Dalam Cerita
       Berdasarkan peranan atau tingkat pentingnya dalam cerita, tokoh dibedakan menjadi 1) tokoh utama, 2) tokoh tambahan. Mengacuh pada dua kategori tokoh ini, maka tokoh-tokoh dalam naskah drama “perahu nuh” karya aspar paturusi dibedakan pula menjadi dua kategori. 1) pemimpin sebagai tokoh utama dan 2) Seseorang, Yang lain, Pelapor, Orang-orang, Orang Lain, Seorang Wanita, dan Wanita sebagai tokoh tambahan.
            Pemimpin sebagai tokoh utama dalam drama ini sangat penting. Tokoh ini ditampilkan terus-menerus sehingga mendominasi sebagian besar cerita. Tokoh ini diutamakan penceritaannya. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh Pemimpin banyak berhubungan dengaan tokoh-tokoh lain. Tokoh ini sangat menentukan perkembangan alaur secara keseluruhan. Ia hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik penting mempengaruhi perkembangan alur.
Seseorang, Yang lain, Pelapor, Orang-orang, Orang lain, Seorang Wanita, dan Wanita sebagai tokoh tambahan. Sebagai tokoh tambahan, tokoh-tokoh ini dianggap tidak terlalu penting. Tokoh-tokoh ini tidak ditampilkan terus-menerus. Hanya pada adegan-adegan tertentu menjadi fokus sorotan. Tokoh-tokoh diatas tidak mendominasi cerita. Tokoh ini tidak diutamakan penceritaannnya. Ia merupakan tokoh yaang tidak banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh-tokoh ini tidak banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Hanya pada bagian tertentu berhubungan dengan tokoh utama. Tokoh ini kurang menentukan perkembangan alur secara keseluruhan. Ia hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik, dianggap tidak penting mempengaruhi perkembangan alur.
Pemimpin sebagai tokoh utama dalam naskah Drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi di tampilkan oleh penulis dengan satu identitas yaitu pak. Pemimpin sebagai pak didukung oleh kutipan sebagai berikut.
Orang-orang    :  Gantung saja,dia pak, Buang saja ke laut, cincang saja dia.ambil isi perutnya dan berikan kepada kambing-kambing kita yang kurus, Ikat dia di puncak tiang layat, Setuju,dan biarkan dia merasakan teriknya mataharI dan dinginnya malam sampai dia mampus, Jangan berikan dia air atau makan selama dia berada di situ (PN:5)
Pemimpin   : Diaaam!ingat,sekarang tidak ada lagi pembunuhan.tidak ada lagi bals dendam.kita akan memulai perjalanan panjang.pulau yang kita cintai ini namun terpaksa kita tinggalakan,akan kita lepaskan dengan damai.kalau hukuman teteap kita jatuhkan,maka ada dua pilihan baginya.pertama,kita tinggalkan dia di pulau ini sendiri.kedua,dia boleh ikut berlayar,tapi bila kita temukan daratan lain dan ternyata kita masih harus mencari yang lebih baik,kita akan turunkan pula dia sendiri di sana.setuju,saudara-saudara? (PN:5)
Seorang wanita   :  Itu terlalu bijaksana,pak.tidak setimpal dengan perbuatannya. (PN: 6)
Pemimpin            :  Biarkan dia rasakan nikmatnya kenikmatan. (PN: 6)
Wanita       : Wah,kalau begitu dia selalu beruntung,pak.dia sudah menikmati hasil kejahatannya. (PN: 6)
Pemimpin       : Biarlah jadi kenangan seumur hidup,kalau kita tinggalkan dia di    suatu tempat nanti,sudahlah,mari kita berangkat (PN: 6)

Seseorang sebagai tokoh tambahan dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi memiliki identitas tunggal yaitu seseorang, tokoh ini dalam setiap adegan dalam naskah drama tak ditemukan identiatas lain selain identitas sebagai seseorang. Namun tokoh ini tetap ada dan merupakan orang kepercayaan dari tokoh utama. penulis berusaha untuk megkaji naskah drama untuk mencari identitas terhadapa tokoh ini. Namun ada suatu pengangambaran tentang identitas saudara-saudara namun ketika identitas ini dikaji lebih dalam identitas ini terlalu umum dan menjurus kepada semua elemen-elemen yang ada dalam naskah drama termasuk tokoh koruptor yang hanya digambarkan abstrak dalam naskah drama ini.
Berdasarkan hasil penjelasan yang diuraiakn lebih rinci di atas lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
Seseorang        :     Kita berangkat dengan apa? (PN: 1)
Pemimpin        :      bodoh! dengan kemauan semangat membaja. (PN: 1)
Seseorang        :      maksudku,apakah kita pakai pesawat terbang,kapal laut,perahu,atau rakit!
       Namun kenyataan.perahu pun belum kita punya. (PN: 2)
Pemimpin      :  Karena keputusan berangkat adalah kesepakatan bersama dan di dukung   oleh semangat yang berapi-api,maka segala daya dan tenaga harus kita kerahkan.sekarang kerahkan tenaga untuk membuat perahu yang mampu menampung seluruh penduduk pulau ini tanpa kecuali.siapakan tali-temali,layar,dan terutama kemudi.jangan lupa siapkan jangkar,karena sewaktu-waktu kita mungkin berhenti di suatu tempat,.kerjakan. (PN:2)

Mereka pun menyediakan perahu.memasang layar,merentang tali.kesebukan mereka memenuhi seluruh panggung.yang mengangkat,yang memanjat,yang memasang tali.yang membentak sanadan sini.semua berlangsung dengan penuh semangat.
Seseorang        :   Lapor,semuanya sudah siap?
Pemimpin        :   Perbekalan bagaimana!
Seseorang        :    sedang di siapkan,pak!
Pemimpin        :    bagus,itu yang paling penting,agar perjalanan kita aman.
     Tali,bagaimana? apa sudah di simpul kuat-kuat? (PN:2)
Seseoarang      :   Beres,pak!ini tali terkuat yang pernah kita miliki (PN: 2).
Pemimpin        :   bagus. layar?! (PN: 2)
Seseorang        :   layar ini siap menghadapi angin paling kencang bagaimanapun,pak.
Pemimpin        :   bagus.  kemudi?! (PN: 3)
Seseorang        :   dijamin takkan patah,pak. (PN: 3)
Pemimpin        :   bagus, jangkar?! (PN: 3)
Seseorang     :  jangan sembarangan turunkan,pak. Menariknya kembali memerlukan ekstra       tenaga. (PN: 3)
Pemimpin     :  bagus.nah,saudara-saudara,kita beri nama apa perahu kita yang megah ini?      (PN: 3)

Yang Lain sebagai tokoh tambahan dalam naskah drama “perahu nuh” karya aspar paturusi memiliki identitas tunggal yaitu Yang Lain, tokoh ini dalam setiap adegan dalam naskah drama tak ditemukan identiatas lain selain identitas sebagai yang Lain identitas inilah yang melekat dalam tokoh ini dari awal penceritaan sampai akhir cerita. Namun tokoh ini tetap ada dan merupakan bagian dari alur cerita walaupun tokoh ini tak memiliki bagian penting dalam cerita namun tokoh ini harus tetap ada dalam cerita karena menjadi penunjang untuk tokoh utama.  pengarang berusaha untuk megkaji naskah drama untuk mencari identitas terhadapa tokoh ini. Namun tak didapatkan identitas lain yang bisa menjadi referensi untuk menonjolkan identitas tokoh ini dengan lebih sistematis. Jadi penulis menyimpulkan bahwa tokoh Yang Lain memiliki identitas tunggal.
Berdasarkan hasil penjelasan yang diuraiakn lebih rinci di atas lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
Yang lain: GAGAMA, kata apa itu?aku baru mendengarnya.
 nah,itu kelemahanmu di bidang istilah.GAGAMA singkatan dri gajah,garuda,harimau.sempurna kehebatannya,bukan? (PN: 3)

Pelapor sebagai tokoh tambahan dalam naskah drama “perahu nuh” karya aspar paturusi memiliki identitas tunggal yaitu Pelapor. Tokoh ini dalam setiap adegan dalam naskah drama tak ditemukan identiatas lain selain identitas sebagai Pelapor identitas inilah yang melekat dalam tokoh ini dari awal penceritaan sampai akhir cerita. Namun tokoh ini tetap ada dan merupakan bagian dari alur cerita walaupun tokoh ini tak memiliki bagian penting dalam cerita namun tokoh ini harus tetap ada dalam cerita karena menjadi penunjang untuk tokoh utama.  pengarang berusaha untuk megkaji naskah drama untuk mencari identitas terhadapa tokoh ini. Namun tak didapatkan identitas lain yang bisa menjadi referensi untuk menonjolkan identitas tokoh ini dengan lebih sistematis. Jadi penulis menyimpulkan bahwa tokoh Pelapor memiliki identitas tunggal.
Berdasarkan hasil penjelasan yang diuraiakn lebih rinci di atas lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
Seseorang segerra datang melapor
Pelapor        :   Lapor,pak,persediaan makan di pusat perbekalan susut.ada yang tak beres                                                                   sewaktu kami siap mengangkutnya. (PN:3)
Pemimpin        :    Maksudmu ada yang menggerogoti perbekalan kita? (PN:3)
Pelapor            :    Kira-kira begitu,pak! (PN: 4)
Pemimpin    : Yang tegas!katakan terus terang kalau ada penyelewengan atau ada yang  korupsi. (PN: 4)
Pelapor           :   Maaf,pak.penanggung jawab perbekalan telah kami tangkap. (PN: 4)
Pemimpin       :  Mana orangnya?hadapkan segera. (mereka menggiring koruptor) (PN: 4)

Orang-orang sebagai tokoh tambahan dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi memiliki identitas tunggal yaitu orang-orang. Tokoh ini dalam setiap adegan dalam naskah drama tidak ditemukan identiatas lain selain identitas sebagai Orang-Orang identitas inilah yang melekat dalam tokoh ini dari awal penceritaan sampai akhir cerita. Namun tokoh ini tetap ada dan merupakan bagian dari alur cerita walaupun tokoh ini tak memiliki bagian penting dalam cerita namun tokoh ini harus tetap ada dalam cerita karena menjadi penunjang untuk tokoh utama.  pengarang berusaha untuk megkaji naskah drama untuk mencari identitas terhadapa tokoh ini. Namun tak didapatkan identitas lain yang bisa menjadi referensi untuk menonjolkan identitas tokoh ini dengan lebih sistematis. Jadi penulis menyimpulkan bahwa tokoh orang-orang memiliki identitas tunggal.
Orang Lain sebagai tokoh tambahan dalam naskah drama “perahu nuh” karya aspar paturusi memiliki identitas tunggal yaitu Orang Lain. Tokoh ini dalam setiap adegan dalam naskah drama tak ditemukan identiatas lain selain identitas sebagai Orang Lain identitas inilah yang melekat dalam tokoh ini dari awal penceritaan sampai akhir cerita. Namun tokoh ini tetap ada dan merupakan bagian dari alur cerita walaupun tokoh ini tak memiliki bagian penting dalam cerita namun tokoh ini harus tetap ada dalam cerita karena menjadi penunjang untuk tokoh utama.  pengarang berusaha untuk megkaji naskah drama untuk mencari identitas terhadapa tokoh ini. Namun tak didapatkan identitas lain yang bisa menjadi referensi untuk menonjolkan identitas tokoh ini dengan lebih sistematis. Jadi pengarang menyimpulkan bahwa tokoh Orang Lain memiliki identitas tunggal.
Seorang Wanita sebagai tokoh tambahan dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi memiliki identitas tunggal yaitu Seorang Wanita. Tokoh ini memiliki kedudukan yang sama dengan tokoh Orang Lain, dalam setiap adegan dalam naskah drama tak ditemukan identiatas lain selain identitas sebagai Seorang Wanita identitas inilah yang melekat dalam tokoh ini dari awal penceritaan sampai akhir cerita. Namun tokoh ini tetap ada dan merupakan bagian dari alur cerita walaupun tokoh ini tak memiliki bagian penting dalam cerita namun tokoh ini harus tetap ada dalam cerita karena menjadi penunjang untuk tokoh utama.  Penulis berusaha untuk megkaji naskah drama untuk mencari identitas terhadapa tokoh ini. Namun tak didapatkan identitas lain yang bisa menjadi referensi untuk menonjolkan identitas tokoh ini dengan lebih sistematis. Jadi penulis menyimpulkan bahwa tokoh Seorang Wanita  memiliki identitas tunggal.
Wanita sebagai tokoh tambahan dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi memiliki identitas tunggal yaitu Wanita. Pada hakekatnya tokoh ini memiliki kedudukan yang sama dengan tokoh Seorang Wanita dimana tokoh ini memiliki posisi yang sama serta tempat dan kejadian yang sama pula dalam menjalani alur cerita. tokoh ini dalam setiap adegan dalam naskah drama tak ditemukan identiatas lain selain identitas sebagai Wanita identitas inilah yang melekat dalam tokoh ini dari awal penceritaan sampai akhir cerita. Namun tokoh ini tetap ada dan merupakan bagian dari alur cerita walaupun tokoh ini tak memiliki bagian penting dalam cerita namun tokoh ini harus tetap ada dalam cerita karena menjadi penunjang untuk tokoh utama.  penulis berusaha untuk megkaji naskah drama untuk mencari identitas terhadapa tokoh ini. Namun tak didapatkan identitas lain yang bisa menjadi referensi untuk menonjolkan identitas tokoh ini dengan lebih sistematis. Jadi penulis menyimpulkan bahwa tokoh wanita memiliki identitas tunggal.
b.    Tokoh Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifat tokoh dibedakan menjadi 1) tokoh protagonis, dan 2) tokoh antagonis. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang sengaja diciptakan oleh pengarang untuk mengemban nilai-nilai kebenaran, nilai-nilai kemanusiaan, dan cita-cita luhur manusia. Tokoh ini selalu diperhadapkan dengan berbagai macam rintangan, baik rintangan yang berasal dari dalam dirinya maupun rintangan yang berasal dari luar dirinya. Rintangan yyang berasal dari dalam dirinya maupun rintangan yang berasal dari dalam dirinya bisa berupa rasa gusar, takut, kwatir tentang keselamatannya, perasaan tidak aman dan selalu was-was. Rintangan yang berasal dari luar dirinya dapat berupa ancaman, gangguan, halangan dan rintangan yang sengaja dilakukan oleh pihak yang tidak menginginkan nilai-nilai kebenaran, nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita luhur manusia tegak di muka bumi ini.
Tokoh antagonis pada sisi lain. Merupakan tokoh yang sengaja diciptakan oleh pengarang untuk menghalangi nilai-nilai kebenaran, nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita luhur manusia diiwujidkan. Tokoh ini selalu melakukan macam rintangan ancaman, gangguan, halangan dan rintangan untuk menghalangi tokoh yang mengembang nilai luhur kemanusiaan. Tokoh ini tidak menginginkan nilai-nilai kebenaran, nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita luhur manusia tegak dimuka bumi ini.
Mengacu pada kreteria ini, tokoh dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi dipilah menjadi dua bagian, yaitu 1) pemimpin 2) seseorang 3) yang lain 4) pelapor sebagai tokoh protagonis dan 1) orang-orang 2) orang lain 3) seorang wanita 4) wanita sebagai tokoh antagonis. Di antara tokoh-tokoh tersebut, penulis mengambil salah satu sebagai simbol protagonis, yaitu pemimpin. Tokoh ini merupakan individu yang diciptakan pengaran untuk mempertahankan nilai-nilai kebenaran, kemanuusiaan dan cita-cita luhur manusia. Dalam hal ini nilai kebenaran, kemanusiaan dan cita-cita luhur manusia yang telah dibangun oleh pemimpin dengan dengan sesorang karena dengan tekat dan semangat dalam menghadapi berbagai rintangan yang akan dihadapinya pemimpin berusaha untuk bisa mengkordinir semua anggota masyarakat yang terlibat dalam pembangunan sebuah perahu yang di beri nama Perahu Nuh dapat menampung semua penghuni pulau dari penduduk sampai ke peliharaan ternak.
            Rasa cinta yang dimiliki oleh seorang pemimpin kepada masyarakat melibatkan ia pada suatu konsekuensi besar dimana ia harus membangun sebuah kapal yang sangat besar yang dapat menampung semua penghuni pulau, namun dalam usaha besar itu pemimpin harus dihadapkan pada suatu permasalahan besar dimana persediaan perbekalan makanan yang ada di lumbung pangan menyusut. Namun sebagai seorang pemimpin ia harus menyelesaikan masalah tersebut, akhirnya ia menyuruh prajuritnya untuk menggiring koruptor yang mencuri perbekalan makan mereka. Dengan jiwa yang tenang ia berusaha untuk mengeksekusi koruptor tersebut dengan kebijaksanaan, namun beberapa masyarakat sangat marah ia berpendapat bahwa seorang koruptur harus digantung, dibuang ke laut, dicincang, diambil isi perutnya dan berikan kepada kambing-kambing yang kurus, dan diikat di puncak tiang layat. Namun ia berusah untuk bisa merealisasikan konsep kebijaksanaan dan memberi hukuman kepada koruptor tersebut dengan dua pilihan yaitu apakah ia akan ditinggalkan sendiri di pulau atau ia tetap boleh ikut namun ketika menemukan pulau yang tak berpenghuni maka ia akan diturunkan ke pulau tersebut, dan semua masyarakat setuju.
            Tokoh protagonis berhasil mempertahankan nilai kebenaran, kemanusiaan dan cita-cita luhur manusia yang dipandang benar oleh tokoh ini. Hambatan yang dianggap sebagai penghalang untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan berhasil ditumpas. Kebijaksanaan hati tetap dapat dipertahankan oleh tokoh ini.
            Sisi lain, orang-orang, orang lain, dan seorang wanita menganggap bahwa apa yang mereka pertahankan berupa perkataan pada sisi lain benar. Memang benar, seorang yang telah mengambil hak orang banyak pantas untuk dihukum dengan hukuman yang setimpal. orang-orang, orang lain, dan seorang wanita pantas untuk mengataakan seperti itu. Ketika koruptor tersebut telah menikmati apa yang bukan haknya dan merugikan orang banyak, ditambah lagi keadaan mereka yang harus meninggalkan pulau otomatis mereka harus memiliki perbekalan yang banyak karena mereka akan melalui perjalanan yang cukup panjang untuk mencari sebuah negeri baru.
            Konsep pandangan inilah yang membuat naskah drama ini sedikit sulit untuk menentukan beberapa tokoh yang tergolong kedalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis ketika kita melihat dari sisi realita kehidupan yang sebenarnnya, kita bisa berargumen bahwa ketika koruptor di berikan terus kebijaksanaan maka kebijaksanaan itulah yang akan menjadi instrumen untuk melakukan hal yang sama, karena ketika kebijaksanaan itu telah menjadi dewa penolong bagi para kaum koruptor maka hal itu akan terus menjadi fenomena negeri yang tidak ada akhirnya.
c.    Tokoh Berdasarkan Perwatakannya
Berdasarkan perwatakan tokoh dibedakan menjadi 1) tokoh sederhana, 2) tokoh kompleks. Tokoh sederhana merupakan tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi, satu sifat watak tertentu saja. Sebagai seorang tokoh, ia tidak diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya. Ia tak memiliki sifat dan tingkah laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sifat dan tingkah laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sifat dan tingkah laku seorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton hanya mencerminkan satu tertentu saja. Watak yang telah pasti, itulah yang mendapat penekanan terus-menerus terlihat dalam fiksi yang bersangkutan. Tokoh sederhana karena hanya satu sisi yang menjadi sorotan, maka tokoh ini mudah dideskripsikan, familiar dan mudah dikenali.
            Berbeda halnya dengan tokoh kompleks. Tokoh ini memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupan, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang diformulasikan, namun ia juga dapat menampilkan tingkah laku yang bermacam-macam bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga. Oleh karena itu, perwatakannya kadang sulit sulit dideskripsikan secara tepat. Tokoh ini kurang akrab dan tidak dikenal sebelumnya. Tingkah lakunya tak terduga dan memberikan efek kejutan. Berbeda halnya dengan realitas kehidupan manusia yang kadang tak kosisten dan tak berplot.
            Mengacu pada dua pembedaan tokoh ini, naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi menampilkan, Seseorang dan Pelapor sebagai tokoh sederhana. Seseorang digambarkan sebagai prajurit/ anggota masyarakat yang patuh kepada pemimpinnya serta berjiwa tulus dan bisa diandalkan.  Seseorang, tokoh ini digambarkan sebagai seorang yang menjadi tangan kanan dari pemimpinnya sebagai seorang prajurit ia berusaha untuk bisa melakukan hal-hal yang terbaik yang diminta oleh pemimpinnnya dan tokoh ini juga mendapat pengaruh besar terhadap tokoh lain karena tokoh ini memegan bagian penting dari kesuksesan pembuatan perahu mereka yang mereka beri nama Perahu Nuh.  tokoh ini memberikan gambaran yang konkrit terhadap kesetiaan seorang prajurit terhadap atasannya. Dari sisi inilah yang menjadi sorotan sepanjang drama ini. Tidak ada efek kejutan yang dapat hadir dari setiap tindakan, sifat dan perbuatannya.
            Pelapor digambarkan sebagai seorang tokoh yang menjadi pengawas dibagian pusat perbekalan makanan dan juga orang kepercayaan dari tokoh pemimpin. Tokoh ini bertugas menyelidiki semua yang berhubungan dengan perbekalan. Tokoh ini tunduk dibawah kekuasaan pemimpin. Suatu ketika tokoh pelapor menemukan keadaan perbekalan menyusut ia lansung melapor kepada pemimpin tanpa menunda sedetik pun. Dan ketika tokoh pelapor di perintahkan untuk menggiring orang yang menyebabkan perbekalan menyusut tokoh ini lansung menangkap dan membawa orang tersebut yang tak lain adalah penanggung jawab perbekalan kehadapan tokoh pemimpin. Tokoh ini tidak bertindak apa pun termasuk manghakimi koruptor tersebut kerena tokoh ini tahu bahwa ia tak diperintahkan untuk melakukan hal tersebut sehingga tokoh ini tak melakukan apa-apa selain menyeret koruptor tersebut kehadapan pemimpinnya. Dengan kata lain semua keputusan dan tindakan dikembalikan kepada pemimpinnya. Gambaran mengenai tokoh ini didukung oleh kutipan sebagai berikut.
Pelapor   :  Lapor,pak,persediaan makan di pusat perbekalan susut.ada yang tak beres   sewaktu kami siap mengangkutnya. (PN:4)
Pemimpin   :     Maksudmu ada yang menggerogoti perbekalan kita? (PN:4)
Pelapor       :     Kira-kira begitu,pak! (PN:5)
Pemimpin  :  Yang tegas!katakan terus terang kalau ada penyelewengan atau ada yang     korupsi. Maaf,pak.penanggung jawab perbekalan telah kami tangkap (PN:5)
Berbeda halnya dengan pemimpin. Tokoh ini digambarkan dengan karakter yang kompleks. Uraian rinci mengenai karakter tersebut adalah sebagai berikut.
Tokoh pemimpin digambarkan sebagai tokoh yang paling disegani dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi. Sebagai tokoh yang disegani, pemimpin berimplikasi pada cara bertutur dan bertindak dalam mengambil keputusan terhadap tokoh-tokoh lain. Hal itu di tunjukkan dengan kutipan sebagai berikut.
Pemimpin : Diaaam!ingat,sekarang tidak ada lagi pembunuhan.tidak ada lagi balas   dendam.kita akan memulai perjalanan panjang.pulau yang kita cintai ini namun terpaksa kita tinggalakan,akan kita lepaskan dengan damai.kalau hukuman tetap kita jatuhkan,maka ada dua pilihan baginya.pertama,kita tinggalkan dia di pulau ini sendiri.kedua,dia boleh ikut berlayar,tapi bila kita temukan daratan lain dan ternyata kita masih harus mencari yang lebih baik,kita akan turunkan pula dia sendiri di sana.setuju,saudara-saudara? (PN: 5)
Pemimpin        :  Sudah,bawa dia ke atas perahu.biarkan dia bebas.perlakukan sama dengan    yang lain (PN: 6)
Seorang wanita :  Itu terlalu bijaksana,pak.tidak setimpal dengan perbuatannya.
Pemimpin         :   Biarkan dia rasakan nikmatnya kenikmatan. (PN: 6)
Wanita              :  Wah,kalau begitu dia selalu beruntung,pak.dia sudah menikmati hasil        kejahatannya. (PN:6)
Pemimpin         :   Biarlah jadi kenangan seumur hidup,kalau kita tinggalkan dia di suatu   tempat nanti,sudahlah,mari kita berangkat. (PN:6)

d.   Tokoh Berdasarkan Perkembangan Watak
Berdasarkan perkembangan watak tokoh dibedakan menjadi 1) tokoh statis 2) tokoh berkembang. Mengacu pada pemilihan tersebut, naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi menampilkan Orang-orang, oarang lain, seorang wanita, dan wanita sebagai tokoh statis. Tokoh-tokoh ini secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan watak sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi. Tokoh kategori ini sepertinya kurang terlibat dan tidak terpengaruh oleh adanya perubahan Lingkungan yang terjadi karena adanya hubungan yang terjadi antar manusia. tokoh-tokoh ini memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tak berkembang sejak awal hingga akhir. Uraian rinci mengenai tokoh-tokoh statis di atas adalah sebagai berikut.
1.    Orang-orang
Orang-orang digambarkan sebagai masyarakat pulau yang mendominasi  masyarakat dengan watak yang agak keras. Tokoh ini dalam penggambarannya menduduki corak yang memusuhi siapa pun yang bersalah dan mengambil isntrumen bahwa yang bersalah serta merugikan masyarakat harus di bunuh. Sikap ini ditunjukan dengan bagaimana seorang masyarakat yang marah akibat ulah penanggung jawab perbekalan yang melakukan korupsi. Namun tokoh ini digambarkan oleh penulis tetap patuh dan menyerahkan keputusan kepada tokoh pemimpin walau pun sebelumnya tokoh ini tidak menyetujui keptusan yang diambil oleh pemimpin. Tokoh ini tidak terpengaruh pada peristiwa manapun yang dapat mengubah sikap patuhnya pada pemimpinnnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan-kutipan  berikut.
Pemimpin        :  Tembak apa yang bisa kita tembak. (Mereka menembak) (PN:1)
Pemimpin        :  Gasak apa yang bisa kita gasak (Mereka menyerbu menggasak) (PN: 1)
Pemimpi       :   Sergap apa yang bisa kita sergap. (Mereka menyergap,mereka memberikan perlawanan sehebat-hebatnya,sampai mereka terhenti karena capek sendiri) (PN:1)
       Kutipan di atas merupakan peristiwa-peristiwa yang menunjukan bagaimana sikap tokoh seseorang dalam melakukan apa yang diperintahkan oleh pemimpinnya, ketika pemimpinnya menyuruh mereka menembak maka mareka pun menembak. Pada dasaranya tokoh ini membawa penggambaran yang jelas terhadap suatu komitmen steril yang dibangun dengan rasa yang patuh serta menuruti apa yang diperintahkan oleh pemimpin. Sikap ini tetap dipertahankan oleh tokoh ini pada adegan-adegan selanjutnya dalam drama ini. Lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
Orang-orang  : Gantung saja dia pak, Buang saja ke laut,  Cincang saja dia.ambil isi perutnya dan berikan kepada kambing-kambing kita yang kurus. Ikat dia di puncak tiang layat. Setuju,dan biarkan dia merasakan teriknya mataharI dan dinginnya malam sampai dia mampus, Jangan berikan dia air atau makan selama dia berada di situ. (PN: 4)
Pemimpin    : Diaaam!!! ingat,sekarang tidak ada lagi pembunuhan. tidak ada                    lagi  balas dendam, kita akan memulai perjalanan panjang pulau yang kita cintai ini namun terpaksa kita tinggalakan, akan kita lepaskan dengan damai kalau hukuman tetap kita jatuhkan, maka ada dua pilihan baginya pertama, kita tinggalkan dia di pulau ini sendiri, kedua, dia boleh ikut berlayar, tapi bila kita temukan daratan lain dan ternyata kita masih harus mencari yang lebih baik, kita akan turunkan pula dia sendiri di sana. setuju,saudara-saudara? (Mereka setuju). (PN: 4)
Pemimpin        : Nah apakah kamu tinggal sendiri di pulau ini (Orang itu menggeleng(PN : 5)

Kutipan di atas masih tetap menunjukan kepatuhan orang-orang terhadap pemimpin, rasa patuh dan tunduk terhadap pemimpin menjadikan tokoh tetap mengerti tentang posisi dirinya walaupun dalam kutipan dialog diatas tokoh ini tidak setuju dengan keputusan yang pemimpin memberi kebijaksanaan terhadap koruptor tersebut. Namun tokoh ini tetap menjunjung nilai hormat dan menghargai setiap keputusan dari pemimpin, ketika pemimpin mengatakan diam, maka tokoh ini pun diam dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh pemimpin.
2.        Orang Lain
Orang Lain digambarkan sebagai masyarakat pulau yang mendominasi  masyarakat dengan watak yang agak keras. Tokoh ini memiliki kesamaan watak dan pendangan dengan tokoh Orang-Orang dalam konteks tempat dan kesamaan waktu tokoh ini seiring sejalan untuk menjalankan alur cerita dalam penggambarannya tokoh ini menduduki corak yang memusuhi siapa pun yang bersalah dan mengambil isntrumen bahwa yang bersalah serta merugikan masyarakat harus di bunuh. Sikap ini ditunjukan dengan bagaimana seorang masyarakat yang marah akibat ulah penanggung jawab perbekalan yang melakukan korupsi. Namun tokoh ini digambarkan oleh penulis tetap patuh dan menyerahkan keputusan kepada tokoh pemimpin. Tokoh ini tidak terpengaruh pada peristiwa manapun yang dapat mengubah sikap patuhnya pada pemimpinnnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan-kutipan  berikut.
Orang Lain     : Nah, lihat.untuk bicara pun dia tak sanggup lagi. Padahal ketika masih jaya, dan belum ketahuan kejahatannya dialah yang paling cerewet bahkan dia senang membual. (PN: 6)
Pemimpin      :Sudah,bawa dia ke atas perahu.biarkan dia bebas.perlakukan sama dengan yang lain (PN: 6)
Kutipan di atas menunjukan bagaimana orang lain menunjukan sikap ketidak setujuannya terhadap keputusan yang diambil oleh pemimpin, tokoh ini berpendapat bahwa koruptor harus dibunuh  ia memahami betul bahwa apa yang dilakukan oleh koruptor tersebut merugikan masyarakat pulau, disaat masyrakat pulau sedang disibukan dengan aktifitas membangun perahu dan mengumpulkan perbekalan, dengan seenaknya koruptor tersebut menguras semua lumbung perbekalan, serta kepercayaan yang di amanahkan kepadanya ia manfaatkan untuk kepentingan pribadi dan tiidak mementingkan kepentingan masyarakat lain. Dan setelah ia ketahuan melakukan korupsi ia diberi kebijaksanaan. itulah yang membuat tokoh orang lain geram dengan keputusan tersebut namun ia tetap harus menghargai keputusan dari pemimpin.
3.    Seorang Wanita
Seorang wanita digambarkan sebagai masyarakat pulau yang mendominasi  masyarakat dengan watak yang agak keras. Pada dasarnya tokoh ini memiliki kesamaan pendapat dalam suatu hal tertentu dengan tokoh Yang Lain corak pandang itulah yang kemudian memposisikan tokoh ini pada tempat yang sama dengan tokoh Yang Lain dalam penggambarannya tokoh ini menduduki posisi yang memusuhi siapa pun yang bersalah dan mengambil isntrumen bahwa yang bersalah serta merugikan masyarakat harus di bunuh. Sikap ini juga yang menjadi bagian dasar dari tokoh Yang Lain namun tokoh yang memiliki watak yang sebenarnya adalah protagonis sikap ini ditunjukan dengan bagaimana seorang masyarakat yang marah akibat ulah penanggung jawab perbekalan melakukan korupsi yang merugikan masyaraakaat pulau. Namun tokoh ini digambarkan oleh penulis tetap patuh dan menyerahkan keputusan kepada tokoh Pemimpin. Tokoh ini tidak terpengaruh pada peristiwa manapun yang dapat mengubah sikap patuhnya pada pemimpinnnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan-kutipan  berikut.
Seorang wanita           :Itu terlalu bijaksana,pak.tidak setimpal dengan perbuatannya. (PN: 6)
Pemimpin                    : Biarkan dia rasakan nikmatnya kenikmatan. (PN: 6)
Kutipan di atas menunjukan bagaimana Seorang Wanita menunjukan sikap ketidak setujuannya terhadap keputusan yang diambil oleh pemimpin, tokoh ini berpendapat bahwa koruptor harus dibunuh  ia memahami betul bahwa apa yang dilakukan oleh koruptor tersebut merugikan masyarakat pulau, disaat masyrakat pulau sedang disibukan dengan aktifitas membangun perahu dan mengumpulkan perbekalan, dengan seenaknya koruptor tersebut menguras semua lumbung perbekalan, serta kepercayaan yang di amanahkan kepadanya ia manfaatkan untuk kepentingan pribadi dan tiidak mementingkan kepentingan masyarakat lain. Dan setelah ia ketahuan melakukan korupsi ia diberi kebijaksanaan. itulah yang membuat tokoh orang lain geram dengan keputusan tersebut namun ia tetap harus menghargai keputusan dari pemimpin.
4.        Wanita
Seorang wanita digambarkan sebagai masyarakat pulau yang mendominasi  masyarakat dengan watak yang agak keras. Tokoh ini memiliki kesamaan watak dan pendangan dengan tokoh orang-orang dan orang lain  dalam penggambarannya tokoh ini menduduki corak yang memusuhi siapa pun yang bersalah dan mengambil isntrumen bahwa yang bersalah serta merugikan masyarakat harus di bunuh. Sikap ini ditunjukan dengan bagaimana seorang masyarakat yang marah akibat ulah penanggung jawab perbekalan melakukan korupsi. Namun tokoh ini digambarkan oleh penulis tetap patuh dan menyerahkan keputusan kepada tokoh pemimpin. Tokoh ini tidak terpengaruh pada peristiwa manapun yang dapat mengubah sikap patuhnya pada pemimpinnnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan-kutipan  berikut.
Wanita    : Wah,kalau begitu dia selalu beruntung,pak.dia sudah menikmati hasil  kejahatannya.
Pemimpin        : Biarlah jadi kenangan seumur hidup,kalau kita tinggalkan dia di suatu tempat   nanti, sudahlah, mari kita berangkat.
Kutipan di atas menunjukan bagaimana Wanita menunjukan sikap ketidak setujuannya terhadap keputusan yang diambil oleh pemimpin, tokoh ini berpendapat bahwa koruptor harus dibunuh  ia memahami betul bahwa apa yang dilakukan oleh koruptor tersebut merugikan masyarakat pulau, disaat masyrakat pulau sedang disibukan dengan aktifitas membangun perahu dan mengumpulkan perbekalan, dengan seenaknya koruptor tersebut menguras semua lumbung perbekalan, serta kepercayaan yang di amanahkan kepadanya ia manfaatkan untuk kepentingan pribadi dan tidak mementingkan kepentingan masyarakat lain. Sebagai seorang masyarakat tokoh ini betul-butul marah kondisi kemarahan ini memang pantas untuk direalisasikan. Penulis mengkaji secara mendalam naskah ini juga terhanyut dengan  rasa marah itu ketika melihat posisi wanita sebagai seorang masyarakat biasa yang berusaha untuk membantu persediaan makanan dan tiba-tiba persediaan perbekalan menyusut dan ternyata yang menyebabkan hal itu adalah orang yang dipercaya untuk menjaga persediaan perbekalan seenaknya mengambil dan menkmati sendiri hasil dari korupsinya dan sedikit pun ia tak mengerti keadaan masyarakat yang sedang mengumpulkan perbekalan kerena mereka akan meninggalkan pulau. Dan setelah ia ketahuan melakukan korupsi ia diberi kebijaksanaan. itulah yang membuat tokoh orang lain geram dengan keputusan tersebut namun ia tetap harus menghargai keputusan dari pemimpin.
e.    Tokoh  Berdasarkan Kemungkinan Pemcerminan Tokoh
Berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh dibedakan menjadi 1) tokoh tipiikal, 2) tokoh netral. Mengacu pada dua pembedaan ini, dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi menampilkan dua orang tokoh tipikal, yaitu pemimpin dan seseorang. Kedua tokoh ini menampilkan tipikal yang berbeda. Pemimpin mewakili tipikal seorang penguasa yang memimpin masyarakat suatu pulau. Tokoh ini juga mewakili tipikal seorang pemimpin yang bijaksana. Pada sisi lain adalah seseorang. Tokoh ini mewakili tipikal seorang anak buah (prajurit) yang patuh terhadap pemimpinnya. Tokoh ini juga mewakili anak buah masa lalu yang sangat patuh terhadap pemimpinnya.
Tokoh pemimpin sebagai tipikal seorang pemimpin yang diwakili oleh tindakan yang cukup bijaksana terhadap semua warga masyarakatnya. Tindakan tokoh ini pada masanya merupakan sebuah komitmen yang besar untuk menciptakan keadaan masyarakat pulau yang sejatera, komitmen itulah yang membuat semua masyarakat pulau sangat menghargai tokoh ini dan mengaminkan semua yang dikatakan oleh tokoh ini. Suatu tindakan yang besar yang diposisikan untuk memberi suasana kedamaian yang ditebarkan oleh rasa cinta seorang pemimpin terhadap masyarakatnya tanpa menabur sedikit pun bibit kebencian kepada sesama.
Tokoh ini mendewakan nialai-nilai kemanusiaan yang tak boleh dilanggar oleh semua masyarakat pulau siapa pun yang bersalah harus di hukum namun tidak boleh melepaskan nilai-nilai kemanusiaan, hukuman harus tetap di tegakkan namun tidak boleh melepaskan hak hidup untuk yang bersalah. Namun pandangan tersebut kontoversial dimana hal tersebut harus dijunjung tinggi oleh masyarakat pulau termasuk tokoh seseorang, namun ketika suatu masalah besar terjadi saat perbekalan makanan susut dan beberapa masyarakat sangat marah ia berpendapat bahwa seorang koruptur harus digantung, dibuang ke laut, dicincang, diambil isi perutnya dan berikan kepada kambing-kambing yang kurus, dan diikat di puncak tiang layat persepsi itulah yang menjadi konflik mendasar dalam naskah drama ini sebagian besar tokoh-tokoh memegan opini ini kuat-kuat. Namun pemimpin berusah untuk bisa merealisasikan konsep kebijaksanaan dan memberi hukuman kepada koruptor tersebut dengan dua pilihan yaitu apakah ia akan ditinggalkan sendiri di pulau atau ia tetap boleh ikut namun ketika menemukan pulau yang tak berpenghuni maka ia akan diturunkan ke pulau tersebut suatu komitmen yang telah disepakati bersama membuat tokoh seseorang menyadari bahwa hak hidup seseorang itu sangat berharga.
Tokoh-tokoh yang dihadirkan pengarang, untuk dapat membangun persoalan dan menciptakan konflik-konflik, biasanya melalui peran-peran tertentu yang harus mereka lakukan. Jarang tokoh mempunyai peran tunggal, biasanya tergantung dengan interaksi sosial yang dilakukannya. Perubahan lawan interaksi sosial akan menyebabkan perubahannya peran seorang tokoh. Setiap peran umumnya selalu hadir berpasangan dengan peran lain dalam membentuk suatu permasalahan konflik. Setiap permasalahan atau konflik. Namun beberapa peran itu, tetap hadir dalam dua kelompok peran yang berpasangan.
Seorang tokoh, karena situasi serta lawan interaksi yang berbeda mungkin akan tampil dalam peran yang berbeda akan menyebabkan munculnya kondisi karakter yang berbeda-beda dari sekian banyak kemungkinan, paling tidak dirumuskan sebanyak enam kedudukan peran para tokoh di dalam drama sebagai berikut.
1.    Peran lion yaitu tokoh atau tokoh-tokoh yaang dapat dikategorikan sebgai tokoh pembawa ide. Mungkn dengan istilah lain dapat disebut sebagai tokoh protagonis. Tokoh ini memperjuangkan sesuatu, yang mungkin berupa keberanian, cinta, atau juga wanita.
2.    Peran Mars, yaitu tokoh yang menentang dan menghalang-halangi perjuangan peran Lion dalam mencapai keinginan dan tujuan yang diperjuangkan tokoh peran Lion tersebut. Biasanya peran Mars juga berkeinginan untuk mendapatkan apa yang diinginkan oleh peran Lion.
3.    Peran Sun, yaitu tokoh atau apa pun yang menjadi sasaran perjuangan Lion dan juga yang ingin mendapatkan Mars.
4.    Peran Earth, yaitu tokoh atau apa pun yang menerima hasil perjuangan Lion atau Mars. Jika Lon berjuan sendiri untuk dirinya sendiri, maka Lion sekaligus berperan sebagai Earth.
5.    Peran Scale, yaitu peran yang menghakimi, memutuskan, menengahi, atau juga menyelesaikan konflik dan permasalahan yang terjadi di drama. Biasanya pertentangan antara Lion dan Mars.
6.    Peran Moon, yaitu peran yang bertugas sebagai penolong. Mungkin saja Moon bertugas menolong Lion, tetapi juga akan ada Moon yang menolong Mars.
Berdasarkan deskripsi tersebut maka dapat dirumuskan kedudukan peran tokoh-tokoh dalam naskah drama “Perahu Nuh” karya aspar paturusi sebagai berikut.
Pemimpin                    = Lion
Orang-orang                 = Mars
Orang lain                   = Mars 
Seorang wanita           = Sun
Seseorang                     = Earth                                              
                Pemimpin sebagai tokoh pembawa ide merupakan tokoh yang menjadi sangat penting. Tokoh ini mendominasi sebagian besar cerita. Dominasi tersebut baik dalam bentuk ide maupun dalam hibungannya dengan tokoh-tokoh lain. Dominasi digambarkan dalam bentuk sikap tokoh dalam memutuskan suatu keputusan dalam berbagai hal serta konsep kebijaksanaan yang menjadi istrumen dalam memimpin masyarakatnya dalam hal ini  tokoh-tokoh lain untuk mengikuti kehendaknya. Ini ditunjukkan oleh sikap dan tindakan yang di lakukan pada saat tokoh ini akan memberikan hukuman kepada seorang koruptor yang tidak lain adalah orang yang bertugas menjaga perbekalan. Suatu keputusan yang sulit harus ia ambil namun di lain sisi polemik hebat harus ia lalui dengan ketidak setujuan tokoh-tokoh lain untuk memberikan kebijaksanaan terhadap koruptor tersebut namun tokoh ini tetap berusaha untuk meyakinkan masyarakatnya untuk tidak menebarkan rasa kebencian kepada oarang lain. konsep nilai kebijaksanaan tetap diembannya.
            Dalam keadaan ini tokoh pemimpin harus bisa menjalankan tuganya untuk mengeksekusi atau memberi hukuman kepada penjaga perbekalan yang melakukan korupsi, namun polemik hebat terjadi saat tokoh-tokoh yang ada dalam alur cerita dalam naskah drama ini kesal dan ingin menghabisi koruptor tersebut, namun tokoh ini berusaha untuk menenangkan keadaan yang memanas ini dengan memberi kebijaksanaan terhadap koruptor tersebut. Sikap ini menjadi penggerak tokoh-tokoh lain untuk bertindak sesuai dengan tuntutan dan kehendak tokoh ini .
            Pemimpin sebagai peran lion dalam menjalankan ide selalu mendapat pertentangan dari mars. Peran ini dijalankan oleh orang-orang masyarak pulau. Titik kemarahan sebenarnya terletak pada persoalan perbeklan makanan yang di kurupsi oleh koruptor yang mengakibatkan adanya perbedaan ide dari kedua tokoh ini. Pemimpin (lion) hendak mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan dan kebijaksanaan. Sementara orang-orang (mars) sebaaliknya. Tokoh mars tidak setuju dengan kebijaksanaan yang pemimipin (lion) berikan kepada kuruptor tokoh mars berpendapat bahwa koruptor tidak pantas untuk diberikan kebijaksanaan karena dengan kebijaksanaan yang diberikan kepadanya akan menjadi halnya yang akan membuatnya terus melakukan hal tersebut koruptor harus dibunuh, digantung dan dibuka isi perutnya kemudian akan diberiakn kepada kambing-kambing yang kurus. Karena tokoh mars  yakin bahwa kebijaksanaan yang terus-menerus diberikan kepada koruptor akan membuatnya kembali melakukan hal tersebut, dan hal itu akan terus menghancurkan kesejahtraan masyarakat pulau.
            Prinsip mars mengenai kebijaksanaan yang diberiakan kepada koruptor akan menjadi kekuatan besar untuk melakukan hal yang sama. Dan berusaha untuk meyakinkan kehendak lion yang juga dianggap tidak sesuai dengan cita-cita yang ingin dicapainya. Peran ini berusaha dipertahankan oleh Orang-Orang.
            Persoalan ini berat dan pelik karena peran lion dan mars adalah pemimpin dan masyarakat. Menghadapi peran ini pembaca dibawah pada situasi yang sedikit sulit. Dimana konsep kebijaksanaan yang harus diberiakan kepada seorang kuruptor yang sudah merugkan masyarakat banyak. Sekilas pembaca akan mengatakan bahwa yang benar adalah mars  memang pada dasarnya ketika penulis memposisikan diri sebaagaai seorang masyarakat dengan berbagai persoalan negari seperti ini secara jelas mars memiliki argumen yang benar bahwa kebijksanaan tak pantas diberikan kepada koruptor karena koruptor sudah terlalu meresahkan masyaraakat banyak serta merugikan orang banyak. Mars memposisikan dirinya sebagai seorang masyarakat yang memang pantas untuk mengatakan hal tersebut agar tak ada lagi koruptor di pulau apalagi mereka akan meningalkan pulau dan mencari negeri baru yang lebih baik dari pulau mereka sehingga pembaca akan menjadi mendukung dan membenarkan pendapat mars sebagai perwakilan suara rakyat untuk bisa menghukum koruptor dengan hukuman yang setimpal termasuk dibunuh. Namun dilain sisi nilai-nilai hak asasi manusia (HAM) harus di patuhi hak untuk hidup bagi orang orang lain adalah sesuatu yang sangat berharga.
Peran sun dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi berhubungan erat dengan peran mars. Peran ini mengarah pada tokoh atau apa pun yang tujuan perjuangan mars. Mengacu pada prinsip ini, maka peran sun mengarah pada Orang-Orang tokoh ini mengemban peran sun untuk mempertahankan pendapatnya bahwa kuruptor harus dibunuh.
Peran earth dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi berhubungan erat dengan peran lion. Peran ini mengarah pada tokoh atau apa pun yang menerima hasil dari perjuangan lion. Mengacu pada prinsip ini, maka peran earth mengarah pada Pemimpin, Pelapor, dan Yang Lain. Ketiga tokoh ini mengemban peran earth untuk mempertahankan nilai-nilai kesetian dan kepatuhan kepada pemimpin.
Tokoh kategori pertama mudah dikenali. Biasanya meninbulkan rasa peduli, prihatin dan kasihan pada bagian tengah cerita. Tokoh ini diperhadapkan dengan berbagai macam macam masalah yang berturut secara terus menerus. Masalah ini tidak bisa dihindari. Semua ini harus dihadapi dan dijalani oleh tokoh yang memiliki karakter ini.
Bagian tengah, cerita tokoh yang berkarakter baik mulai menemukan titik terang dari berbagai masalah yang dihadapinya. Perlahan-lahan setiap permasalahan dapat dilalui dengan diselesaikan dengan baik. Penyelesaian setiap persoalan ini membangkitkan rasa gembira, senang dan semakin membangkitkan simpatik pada diri pembaca. Tokoh kategori ini pada posisi ini hadir sebagai tokoh yang disenangi pembaca.
Tokoh kategori kedua pada posisi lain. Merupakan tokoh yang menghalangi nilai-nilai kebenaran, nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita luhur manusia diwujudkan. Tokoh ini selalu melakukan macam rintangan ancaman, gangguan, halangan dan rintangan untuk menghalangi tokoh yang mengembang nilai luhur kemanusiaan. Tokoh inilah yang disebut tokoh sebagai jahat. Tokoh ini mudah dikenali. Biasanya menimbulkan rasa jengkel dan tidak senang oleh pembaca..
Mengacu pada kreteria ini, tokoh dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi dipilah menjadi dua bagian, yaitu 1) Pemimpin, 2) Seseorang, 3) Pelapor, 4) Yang Lain sebagai tokoh yang berkarakter baik. Tokoh ini membangkitkan simpatik pada diri pembaca. Meskipun bisa saja berubah sebaliknya. Orang-orang dan seorang wanita sebagai tokoh jahat. Terkadang ini menimbulkan rasa jengkel pada diri pembaca. Meskipun terkadang saja berubah sebaliknya.
2.    Motif, Konflik, Peristiwa dan Alur       
Uraian mengenai motif, konflik, peristiwa, dan alur dalam naskah drama “ Perahu Nuh” karya aspar paturusi diawali dengan deskripsi sekwen. Deskripsi sekwen penting dilakukan untuk mengetahui setiap rentetan peristiwa yang terjadi dalam naskah drama tersebut. Urutan sekwen naskah drama “Perahu Nuh”  Karya Aspar Paturusi adalah sebagai berikut.
1.    Suasana latihan peperangan pemimpin
2.    Pernyataan pemimpin terhadap prajuritnya (memberi masukan kepada prajurit)
3.    Pernyataan pemimpin untuk meninggalkan pulau.
4.    Keputusan pemimpin untuk membuat perahu.
5.    Tanggapan prajurit (mengenai perahu yang akan dibuat)
6.    Sikap pemimpin terhadap tanggapan prajuritnya (memberi masukan)
7.    Proses pembuatan perahu (kerja keras prajurit)
8.    Laporan prajurit (mengenai perkembangan perahu yang di buat)
9.    Rasa puas pemimpin terhadap kerja keras prajuritnya.
10.    Laporan (Pelapor) mengenai masalah persediaan perbekalan menyusut
11.    Kemarahan (pemimpin) mengenai perbekalan yang menyusut.
12.    Penangkapan koruptor.
13.    Kemarahan (orang-orang, orang lain, yang lain, seorang wanita dan wanita)
14.    Eksekusi (koruptor) pemimpin bertindak sebagai pemberi keputusan.
15.    Tanggapan seorang wanita (menolak)
16.    Pemimpin bijaksana (memberi kebijaksanaan kepada koruptor)
17.    Tanggapan (wanita) koruptor tak pantas diberi kebijaksanaan
18.    Hukuman (koruptor) di turunkan kesuatu pulau yang tak berpenghuni.
Berdasarkan sekwen di atas dapat ditentukan rentetan yang terjadi dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi sebagai berikut.
Peristiwa diawali dengan Suasana latihan peperangan pemimpin. Suasana menjadi genting dan ramai saat pemimpin dan prajuritnya menembak dan menggasak apa yang mereka bisa gasak. Peristiwa ini memunculkan peristiwa kedua, yaitu Pernyataan pemimpin terhadap prajuritnya (memberi masukan kepada prajurit). Peritiwa ini memunculkan  peristiwa ketiga, yaitu Pernyataan pemimpin untuk meninggalkan pulau. Peristiwa ini memunculkan peristiwa keempat, yaitu  Keputusan pemimpin untuk membuat perahu. Peristiwa ini memunculkan periatiwa kelima, yaitu Tanggapan prajurit (mengenai perahu yang akan dibuat) Peristiwa kelima memunculkan peristiwa keenam, yaitu Sikap pemimpin terhadap tanggapan prajuritnya (memberi masukan) Peristiwa keenam memunculkan peristiwa ketujuh, yaitu   Proses pembuatan perahu (kerja keras prajurit) peristiwa keenam dan ketujuh pada dasarnya tak memiliki hubungan lansung. Peristiwa ketujuh memunculkan peristiwa kedelapan yaitu Laporan prajurit (mengenai perkembangan perahu yang di buat) Peristiwa kedelapan memunculkan peristiwa kesembilan yaitu Rasa puas pemimpin terhadap kerja keras prajuritnya.
Peristiwa kesembilan memunculkan peristiwa kesepuluh yaitu Laporan (Pelapor) mengenai masalah persediaan perbekalan menyusut. Peristiwa kesepuluh memunculkan peristiwa kesebelas yaitu Kemarahan (pemimpin) mengenai perbekalan yang menyusut. Peristiwa kesebelas memunculkan peristiwa keduabelas yaitu Penangkapan koruptor. Peristiwa keduabelas memunculkan peristiwa ketigabelas yaitu Kemarahan (orang-orang, orang lain, yang lain, seorang wanita dan wanita) Peristiwa ketigabelas memunculkan peristiwa keempatbelas yaitu Eksekusi (koruptor) pemimpin bertindak sebagai pemberi keputusan. Peristiwa keempatbelas memunculkan peristiwa kelimabelas yaitu Tanggapan seorang wanita (menolak) Peristiwa kelimabelas memunculkan peristiwa keenambelas yaitu Pemimpin bijaksana (memberi kebijaksanaan kepada koruptor) Peristiwa keenambelas memunculkan peristiwa ketujuhbelas yaitu Tanggapan (wanita) koruptor tak pantas diberi kebijaksanaan. Peristiwa ketujuhbelas memunculkan peristiwa kedelapanbelas Hukuman (koruptor) di turunkan kesuatu pulau yang tak berpenghuni. Rincian rentetan peristiwa di atas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Peristiwa
Hubungan Antar Peristiwa
Langsung
Tidak Langsung
1dan 2

2 dan 3

3dan 4

4 dan 5

5 dan 6

6 dan 7

7 dan 8

8 dan 9

9 dan 10

10 dan 11

11 dan 12

12 dan 13

13 dan 14

14 dan 15

15 dan 16

16 dan 17

17 dan 18


Rentetan peristiwa di atas menunjukan bahwa naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi menggunakan alur maju. Peristiwa dibentuk berdasarkan urutan kronologis. Peristiwa yang satu menjadi penyebab munculnya peristiwa selanjutnya.
Rentetan peristiwa di atas dapat ditelusuri konflik yang terjadi dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi. Konflik yang dimaksud terjadi antara konsep pandangan yang kontoversial dimana hal menghargai hak hidup orang lain harus dijunjung tinggi oleh masyarakat pulau termasuk tokoh seseorang, namun ketika suatu masalah besar terjadi saat perbekalan makanan susut dan beberapa masyarakat sangat marah ia berpendapat bahwa seorang koruptur harus digantung, dibuang ke laut, dicincang, diambil isi perutnya dan berikan kepada kambing-kambing yang kurus, dan diikat di puncak tiang layat persepsi itulah yang menjadi konflik mendasar dalam naskah drama ini sebagian besar tokoh-tokoh memegan opini ini kuat-kuat.
3. Latar dan Ruang
Latar merupakan identitas permasalahan drama sebagai karya fiksionalitas yang secara samar diperlihatkan penokohan dan alur. Jika permasalahan drama sudah diketahui melalui alur atau penokohan, maka latar dan ruang memperjelas suasana, tempat serta waktu peristiwa itu berlaku.  Latar dan ruang di dalam drama memperjelas pembaca untuk mengidentifikasikan permasalahan drama latar memperjelas keadaan, suasana, tempat dan waktu terjadinya peristiwa
Bagian ini diuraikan secara rinci mengenai latar dan ruang kedua unsur ini diuraiakn satu persatu untuk mendapatkan gambaran rinci mengenai latar dan ruang dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi
              Uraian mengenai latar dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi diarahkan pada: 1) latar tempat 2) latar  waktu.
a.    Latar Tempat
 Latar tempat dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi menggambarkan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerita. Penggambaran latar tempat ini hendaklah tidak bertentangan dengan realita tempat yang bersangkutan, hingga pembaca (terutama yang mengenal tempat tersebut) menjadi tidak yakin dengan apa yang kita sampaikan.
Latar tempat dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi terjadi di sebuah perahu. Di dukung oleh kutipan sebagai berikut.
Yang lain : GAGAMA,kata apa itu?aku baru mendengarnya.
 nah,itu kelemahanmu di bidang istilah.GAGAMA singkatan diri gajah,garuda,harimau.sempurna kehebatannya,bukan? (PN:3)
Pemimpin : Terlalu muluk,saudara-saudara.sulit kita menemukan nama yang baru.begini,saudara-saudara,karena perjalann dan keputusan kita meninggalakn pulau ini bersama-sama sekaligus dengan sebuah perahu besar,naka ini mengingatkan kita kepada pelayaran nabi NUH dahulu kala.agar tidak rpeot mempertengkarkan nama,aku usulkan dan semoga di sepakati nama perahu kita ini ialah perahu NUH. sederhana,bukan ?dan ini nama sejarah. (PN:3)

b.  Latar Waktu        
            Latar Waktu dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi menggambarkan kapan sebuah peristiwa itu terjadi. Dalam sebuah cerita sejarah, hal ini penting diperhatikan. Sebab waktu yang tidak konsisten akan menyebabkan rancunya sejarah itu sendiri. Latar waktu juga meliputi lamanya proses penceritaan. Latar waktu dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi tidak di uraikan secara spesifik. Pengarang hanya menggambarkan bagian yang dapat ditafsirkan sebagai waktu yaitu kondisi atau keadaan yang mencerminkan siang hari.
Ruang merupakan unsur lain drama yang jelas berkaitan dengan latar. Ruang juga menyangkut tempat dan suasana. Namun begitu, sukar untuk menganalisis ruang tanpa menghubungkannya dengan persoalan pementasan. Membicarakan ruang hanya menitikberatkan drama sebagai genre sastra belaka memberikan pemahaman yang tidak menyeluruh. Oleh sebab itu, bukanlah berlebihan  jika untuk memahami persoalan ruang di dalam drama, pembaca menghubungkannya dengan pementasan. Persoalannya, pentas terjadi di dalam suatu ruang tertentu, tidak dapat pula pembaca dengan cara begitu saja mencampuradukkan antara teks drama dengan pementasan. Yang menarik untuk diselidiki adalah ungkapan-ungkapan yang terdapat didalam teks drama yang mengandung indikasi-indikasi tentang ruang. 

4. Penggarapan Bahasa
Di dalam sebuah drama, dialog merupakan situasi bahasa utama. Namun begitu, pengertian penggarapan bahasa di sini bukanlah tentang dialog itu sendiri, melainkan bagaimana bahasa dipergunakan pengarang sehingga terjadi situasi bahasa. Bagaimana bahasa dipergunakan barangkali menyangkut tentang gaya. Mungkin lebih tepat jika yang dimaksudkan dengan penggarapan bahasa adalah biasa disebut dengan style.
Pembicaraan tentang gaya bahasa menyangkut kemahiran pengarang mempergunakan bahasa sebagai medium drama. Penggunaan bahasa tulis dengan segala kelebihan dan kekurangannya harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pengarang. Penggunaan bahasa harus relevan dan menunjang permasalahan-permasalahan yang hendak dikemukakan; harus serasi dengan teknik-teknik yang digunakan; dan harus serasi dengan teknik-teknik yang digunakan; dan harus tepat merumuskan alur, penokohan, latar dan ruang, dan tentu saja semua itu bermuara pada ketepatan perumusan tema atau premise teks drama.
Penggarapan bahasa dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi menggunakan gaya bahasa yang serius. Karena menggunakan gaya bahasa yang serius berarti gaya bahasa yang digunakan pada naskah tersebut adalah gaya bahasa tragedi. Sebab tidak ada unsur-unsur yang menyebabkan orang menjadi tertawa. Penggarapan bahasa dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi. Di dukung oleh kutipan sebagai berikut.
Pemimpin : Tembak apa yang bisa kita tembak. (PN: 1)
Mereka menembak
Pemimpin : Gasak apa yang bisa kita gasak! (PN: 1)
        Mereka menyerbu menggasak.
Pemimpin : Sergap apa yang bisa kita sergap. (PN: 1)
Gaya bahasa cenderung dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu penegasan, pertentangan, perbandingan dan sindiran. Sebagaimana di dalam karya sastra lainnya, di dalam drama para pengarang pun memanfaatkan hal ini. Tentu dengan memperhatikan kekhususan karakteristik drama.  Masing-masing jenis itu dapat pula diperinci lebih lanjut, misalnya metafora, personifikasi, asosiasi, paralel, dan lain-lain untuk jenis bahasa perbandingan, ironis, sarkas, dan sinis untuk jenis gaya bahasa sindiran; pleonasme, repetisi, klimaks, retoris dan lain-lain untuk jenis gaya bahasa penegasan, dan paradoks, antitesis, dan lain-lain, untuk jenis gaya bahasa pertentangan. Penggunaan jenis gaya bahasa ini akan membantu pembaca mengidentifikasi perwatakan tokoh. Tokoh yang menggunakan gaya bahasa penegasan dalam ucapan-ucapannya tentu akan berbeda letaknya dengan tokoh yang menggunakan gaya bahasa sindiran ataupun pertentangan dan perbandingan.
5. Tema dan Amanat
Bagian ini diuraikan secara rinci mengenai tema dan amanat kedua unsur ini diuraiakan satu persatu untuk mendapatkan gambaran rinci mengenai tema dan amanat dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi
Uraian mengenai tema dan amanat dalam naskah drama “perahu nuh” karya aspar Paturusi adalah sebagai berikut:
Tema dalam naskah drama” Perahu Nuh “  Karya Aspar Paturusi adalah bertemakan Perjuangan. karena dalam naskah drama ini menceritakan tentang perjuangan seorang pemimpin utuk bertahan hidup di sebuah pulau. Tema dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi. Di dukung oleh kutipan sebagai berikut.
Seseorang : Lapor,semuanya sudah siap? (PN: 2)
Pemimpin : Perbekalan bagaimana! (PN: 2)
 sedang di siapkan, pak!
bagus, itu yang paling penting,agar perjalanan kita aman.
Tali,bagaimana? apa sudah di simpul kuat-kuat?
Seseoarang: Beres,pak!ini tali terkuat yang pernah kita miliki. (PN: 2)
Pemimpin :  Itupun sudah biasa.lagi pula pelayaran kita ini bukan untuk menjelajahi pulau demi pulu.tapi kita ingin menemukan negeri baru.
saya,pak,saya usulkan agar perahu kita ini di beri nama:perahu GAGAMA.saya pikir ini yang paling tpat,pak.nama ini mewakili semangat rakssa,kemegahan perahu,kepstian bertindk,dan kesepakatan yang di junjung bersama dan penuh musyawarah. (PN: 3)
Amanat  yang di sampaikan pengarang dalam naskah drama “ Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi adalah, bahwa sebagai seorang pemimpin kita di tuntut untuk bijaksana dalam mengambil keputusan. Karena kebijaksanaan yang dimiliki seorang pemimpin adalah sesuatu yang sangat di harapkan bagi seorang bawahan atau prajurit, dan senbaliknya kita sebagai prajurit kita harus patuh terhadap atasan selama yang dikehendakinya adalah positif dan dapat diterima oleh akal sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar