Lampiran
PERAHU NUH
KARYA ASPAR PATURUSI
Mereka
mulai menembak ke segala penjuru.mereka menyembunyikan apa
saja.besi,kayu,kaleng,atau apa saja mereka bunyikan.
Pemimpin : Tembak apa yang bisa
kita tembak.
Mereka menembak
Pemimpin : Gasak apa yang bisa kita
gasak!
Mereka menyerbu menggasak.
Pemimpin : Sergap apa yang bisa
kita sergap.
Mereka menyergap,mereka
memberikan perlawanan sehebat-hebatnya,sampai mereka terhenti karena
capek sendiri.
Pemimpin :
Saudara-saudara, tidak semudah yang kita
bayangkan.tenaga kita telah kita habiskan untuk suatu hal yang tak punya
kepastian.namun,target telah tercapai.kita telah muntah sepuas-puasnya.masih
sanggupkah saudara-saudara berdiri tegak?!tegaklah seperti seorang pahlawan
yang menang perang.ingat,tugas yang lebih berat akan segera kita
hadapi.simpan,simpanlah energy,saudara!
Nah,sekarang
bersiap-siaplah.pulau ini akan segera kita kosongkan.bawalah segala kebutuhan
yang ada buat bekal di perjalanan.jangan lupa bawa bibit-bibit tanaman, hewan
ternak berpasang-pasangan,kita harus menghadapi setip kemungkinan!
Seseorang : Kita berangkat dengan
apa?
bodoh!dengan kemauan
semangat membaja.
maksudku,apakah kita pakai pesawat terbang,kapal
laut,perahu,atau rkit!
berenang
juga boleh,kalau kau sanggup.
jangan main-main,ah,ini kenyataan.perahu pun
belum kita punya.
Pemimpin :
Karena keputusan berangkat adalah kesepakatan
bersama dan di dukung loeh semangat yang berapi-api,maka segala daya dan tenaga
harus kita kerahkan.sekarang kerahkan tenaga untuk membuat perahu yang mampu
menampung seluruh penduduk pulau ini tanpa kecuali.siapakan
tali-temali,layar,dan terutama kemudi.jangan lupa siapkan jangkar,karena
sewaktu-waktu kita mungkin berhenti di suatu tempat. kerjakan.
Mereka pun menyediakan
perahu.memasang layar,merentang tali.kesebukan mereka memenuhi seluruh
panggung.yang mengangkat,yang memanjat,yang memasang tali.yang membentak
sanadan sini.semua berlangsung dengan penuh semangat.
Seseorang : Lapor,semuanya sudah
siap?
Pemimpin : Perbekalan bagaimana!
sedang di siapkan, pak!
bagus, itu
yang paling penting,agar perjalanan kita aman.
Tali,bagaimana? apa sudah di simpul
kuat-kuat?
Seseoarang: Beres,pak!ini
tali terkuat yang pernah kita miliki.
bagus. layar?!
layar ini siap menghadapi angin paling kencang
bagaimanapun,pak.
bagus.
kemudi?!
di jami takkan patah,pak.
bagus,jangkar?!
jangan sembarangan turunkan,pak. Menariknya kembali
memerlukan ekstra tenaga.
bagus.nah,saudara-saudara,kita beri nama apa perahu
kita yang megah ini?
usul.pak,saya
usulkan suara merdeka.
ini bukan nama baru.perahu kecilku dulu memakai nama
itu.: beri nama penjelajah.
Pemimpin
: Itupun
sudah biasa.lagi pula pelayaran kita ini bukan untuk menjelajahi pulau demi
pulu.tapi kita ingin menemukan negeri baru.
saya,pak,saya
usulkan agar perahu kita ini di beri nama:perahu GAGAMA.saya pikir ini yang
paling tpat,pak.nama ini mewakili semangat rakssa,kemegahan perahu,kepstian
bertindk,dan kesepakatan yang di junjung bersama dan penuh musyawarah.
Yang lain : GAGAMA,kata apa itu?aku
baru mendengarnya.
nah,itu kelemahanmu di bidang istilah.GAGAMA
singkatan dri gajah,garuda,harimau.sempurna kehebatannya,bukan?
Pemimpin :
Terlalu muluk,saudara-saudara.sulit kita menemukan
nama yang baru.begini,saudara-saudara,karena perjalann dan keputusan kita
meninggalakn pulau ini bersama-sama sekaligus dengan sebuah perahu besar,naka
ini mengingatkan kita kepada pelayaran nabi NUH dahulu kala.agar tidak rpeot
mempertengkarkan nama,aku usulkan dan semoga di sepakati nama perahu kita ini
ialah perahu NUH 2.sederhana,bukan ?dan ini nama sejarah.
Mereka setuju dan
gembira.mereka segera berebut naik ke perahu.namun perahu NUH 2 segera mereka
pasang.nyanyian dan gendering memeriahkan suasana.
Syair
setelah nama”perahu NUH 2”di pancangkan:
Lajulah,perahu
laju,
Menuju
negeri baru
Harapan
baru
Impian
baru
Lajulah
perahu NUH ke dua
Bersama
tekat kami
Menantang
prahara
Menghadang
bencana
Laju,laju,laju
segera
Perahu
NUH ke dua
Angin,terbangkan
segala duka
Angin,bawalah
berita gembira
Perahu
NUH ke dua
Ke
negeri baru
Impian
baru
Harapan
baru
Cita-ciat
baru
Laju,melaju
Laju-melaju
Seseorang
segerra datang melapor
Pelapor :
Lapor,pak,persediaan makan di pusat perbekalan
susut.ada yang tak beres sewaktu kami siap mengangkutnya.
Pemimpin : Maksudmu ada yang
menggerogoti perbekalan kita?
Pelapor: Kira-kira begitu,pak!
Pemimpin : Yang tegas!katakan
terus terang kalau ada penyelewengan atau ada yang korupsi.
Maaf,pak.penanggung
jawab perbekalan telah kami tangkap.
Pemimpin : Mana orangnya?hadapkan
segera.
(mereka
menggiring koruptor)
Wah,jadi
kaulah orangnya?mentang-mentang dekat dengan lumbung pangan,kau tak kuasa
menahan diri.
Orang-orang : Gantung saja,dia pak?
Buang
saja ke laut!
Cincang saja dia.ambil isi perutnya dan berikan
kepada kambing-kambing kita yang kurus.
Ikat dia di puncak tiang layat.
Setuju,dan biarkan dia
merasakan teriknya mataharI dan dinginnya malam sampai dia mampus.
Jangan berikan
dia air atau makan selama dia berada di situ.
Pemimpin :
Diaaam!ingat,sekarang tidak ada lagi
pembunuhan.tidak ada lagi bals dendam.kita akan memulai perjalanan panjang. pulau yang kita cintai
ini namun terpaksa kita tinggalakan, akan kita lepaskan dengan damai. kalau hukuman teteap
kita jatuhkan, maka
ada dua pilihan baginya. pertama, kita tinggalkan dia di
pulau ini sendiri. kedua, dia boleh ikut
berlayar, tapi
bila kita temukan daratan lain dan ternyata kita masih harus mencari yang lebih
baik,kita akan turunkan pula dia sendiri di sana.setuju, saudara-saudara?
Mereka
setuju.
Pemimpin : Nah apakah kamu tinggal
sendiri di pulau ini
Orang
itu menggeleng
Orang lain : Nah,lihat.untuk bicara
pun dia tak sanggup lagi.
Padahal
kita masih jaya,ketika belum ketahuan kejahatannya dialah yang paling cerewet
bahkan dia senang membual.
Pemimpin : Sudah,bawa
dia ke atas perahu.biarkan dia bebas.perlakukan sama dengan yang lain
Seorang wanita : Itu terlalu
bijaksana,pak.tidak setimpal dengan perbuatannya.
Pemimpin : Biarkan dia rasakan
nikmatnya kenikmatan.
Wanita : Wah,kalau begitu dia
selalu beruntung,pak.dia sudah menikmati hasil kejahatannya.
Pemimpin: Biarlah
jadi kenangan seumur hidup,kalau kita tinggalkan dia di suatu tempat
nanti,sudahlah,mari kita berangkat.
Mereka
berbondong-bondong menaiki perahu sebelumnya mereka mengadakan upacara
perpisahan dengan pulau.ada yang biasa-bisa saja.ad pula yang cengeng-cengeng
ANALISIS NASKAH DRAMA “PERAHU NUH”
KARYA ASPAR PATURUSI
OLEH
Justang
Univ. 19 November Kolaka
A.
Deskripsi Naskah Drama “Perahu Nuh”
Karya Aspar Paturusi
B.
Unsur Intrinsik Dalam Naskah
Drama” Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi
Kajian
dalam penelitian ini difokuskan pada unsur-unsur sebagai berikut. 1) tokoh,
peran dan karakter, 2) motif, konflik, peristiwa dan alur, 3) latar dan ruang,
4) penggarapan bahasa, 5) tema dan amanat. Uraian rinci mengenai unsur-unsur
tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Tokoh,
Peran dan Karakter
Bagian
ini diuraikan secara rinci mengenai tokoh, peran dan karakter. Ketiga unsur ini
diuraikan satu persatu untuk mendapatkan gambaran rinci menggenai tokoh, peran
dan karakter dalam naskah drama “perahu nuh” karya aspar paturusi.
Uraian
mengenai tokoh dalam penelitian ini diarahkan pada: 1) tokoh berdasarkan
peranan atau tingkat pentingnya dalam cerita, 2) berdasarkan sifat, 3)
berdasarkan perwatakannya, 4) berdasaarkan perkembangan watak, 5) berdasarkan
kemungkinan pencerminan tokoh.
Tokoh
dalam naskah drama “perahu nuh” karya aspar paturusi adalah sebagaai berikut.
1) ) Pemimpin, 2) Seseorang, 3) Yang lain, 4) Pelapor, 5) Orang-orang, 6) Orang
lain, 7) Seorang Wanita, 8) Wanita. Tokoh-tokoh diatas diuraikan berdasarkan
kriteria berikut ini.
a. Tokoh
Berdasarkan Peranan Atau Tingkat Pentingya Dalam Cerita
Berdasarkan peranan atau tingkat
pentingnya dalam cerita, tokoh dibedakan menjadi 1) tokoh utama, 2) tokoh
tambahan. Mengacuh pada dua kategori tokoh ini, maka tokoh-tokoh dalam naskah
drama “perahu nuh” karya aspar paturusi dibedakan pula menjadi dua kategori. 1)
pemimpin sebagai tokoh utama dan 2) Seseorang, Yang lain, Pelapor, Orang-orang,
Orang Lain, Seorang Wanita, dan Wanita sebagai tokoh tambahan.
Pemimpin sebagai tokoh utama dalam
drama ini sangat penting. Tokoh ini ditampilkan terus-menerus sehingga
mendominasi sebagian besar cerita. Tokoh ini diutamakan penceritaannya. Ia
merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian
maupun yang dikenai kejadian. Tokoh Pemimpin banyak berhubungan dengaan tokoh-tokoh
lain. Tokoh ini sangat menentukan perkembangan alaur secara keseluruhan. Ia
hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik penting
mempengaruhi perkembangan alur.
Seseorang,
Yang lain, Pelapor, Orang-orang, Orang lain, Seorang Wanita, dan Wanita sebagai
tokoh tambahan. Sebagai tokoh tambahan, tokoh-tokoh ini dianggap tidak terlalu
penting. Tokoh-tokoh ini tidak ditampilkan terus-menerus. Hanya pada
adegan-adegan tertentu menjadi fokus sorotan. Tokoh-tokoh diatas tidak
mendominasi cerita. Tokoh ini tidak diutamakan penceritaannnya. Ia merupakan
tokoh yaang tidak banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang
dikenai kejadian. Tokoh-tokoh ini tidak banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh
lain. Hanya pada bagian tertentu berhubungan dengan tokoh utama. Tokoh ini
kurang menentukan perkembangan alur secara keseluruhan. Ia hadir sebagai
pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik, dianggap tidak penting mempengaruhi
perkembangan alur.
Pemimpin sebagai tokoh utama dalam
naskah Drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi di tampilkan oleh penulis dengan
satu identitas yaitu pak. Pemimpin sebagai pak didukung oleh kutipan sebagai
berikut.
Orang-orang : Gantung
saja,dia pak, Buang saja ke laut, cincang saja dia.ambil isi perutnya dan
berikan kepada kambing-kambing kita yang kurus, Ikat dia di puncak tiang layat,
Setuju,dan biarkan dia merasakan teriknya mataharI dan dinginnya malam sampai
dia mampus, Jangan berikan dia air atau makan selama dia berada di situ (PN:5)
Pemimpin
: Diaaam!ingat,sekarang tidak ada
lagi pembunuhan.tidak ada lagi bals dendam.kita akan memulai perjalanan
panjang.pulau yang kita cintai ini namun terpaksa kita tinggalakan,akan kita
lepaskan dengan damai.kalau hukuman teteap kita jatuhkan,maka ada dua pilihan
baginya.pertama,kita tinggalkan dia di pulau ini sendiri.kedua,dia boleh ikut
berlayar,tapi bila kita temukan daratan lain dan ternyata kita masih harus
mencari yang lebih baik,kita akan turunkan pula dia sendiri di
sana.setuju,saudara-saudara? (PN:5)
Seorang wanita : Itu terlalu bijaksana,pak.tidak setimpal
dengan perbuatannya. (PN: 6)
Pemimpin
: Biarkan dia rasakan nikmatnya kenikmatan. (PN:
6)
Wanita : Wah,kalau begitu dia selalu
beruntung,pak.dia sudah menikmati hasil kejahatannya. (PN: 6)
Pemimpin : Biarlah jadi kenangan seumur
hidup,kalau kita tinggalkan dia di suatu
tempat nanti,sudahlah,mari kita berangkat (PN: 6)
Seseorang
sebagai tokoh tambahan dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi memiliki
identitas tunggal yaitu seseorang, tokoh ini dalam setiap adegan dalam naskah
drama tak ditemukan identiatas lain selain identitas sebagai seseorang. Namun
tokoh ini tetap ada dan merupakan orang kepercayaan dari tokoh utama. penulis
berusaha untuk megkaji naskah drama untuk mencari identitas terhadapa tokoh
ini. Namun ada suatu pengangambaran tentang identitas saudara-saudara namun ketika identitas ini dikaji lebih dalam
identitas ini terlalu umum dan menjurus kepada semua elemen-elemen yang ada
dalam naskah drama termasuk tokoh
koruptor yang hanya digambarkan abstrak dalam naskah drama ini.
Berdasarkan
hasil penjelasan yang diuraiakn lebih rinci di atas lebih jelasnya dapat
dilihat pada kutipan berikut ini.
Seseorang :
Kita berangkat dengan apa? (PN:
1)
Pemimpin : bodoh! dengan kemauan semangat membaja.
(PN: 1)
Seseorang : maksudku,apakah kita pakai pesawat
terbang,kapal laut,perahu,atau rakit!
Namun
kenyataan.perahu pun belum kita punya. (PN: 2)
Pemimpin : Karena keputusan berangkat adalah kesepakatan
bersama dan di dukung oleh semangat
yang berapi-api,maka segala daya dan tenaga harus kita kerahkan.sekarang
kerahkan tenaga untuk membuat perahu yang mampu menampung seluruh penduduk
pulau ini tanpa kecuali.siapakan tali-temali,layar,dan terutama kemudi.jangan
lupa siapkan jangkar,karena sewaktu-waktu kita mungkin berhenti di suatu
tempat,.kerjakan. (PN:2)
Mereka
pun menyediakan perahu.memasang layar,merentang tali.kesebukan mereka memenuhi
seluruh panggung.yang mengangkat,yang memanjat,yang memasang tali.yang
membentak sanadan sini.semua berlangsung dengan penuh semangat.
Seseorang : Lapor,semuanya sudah siap?
Pemimpin : Perbekalan bagaimana!
Seseorang : sedang
di siapkan,pak!
Pemimpin : bagus,itu yang paling penting,agar
perjalanan kita aman.
Tali,bagaimana?
apa sudah di simpul kuat-kuat? (PN:2)
Seseoarang : Beres,pak!ini
tali terkuat yang pernah kita miliki (PN: 2).
Pemimpin : bagus. layar?! (PN: 2)
Seseorang : layar ini siap menghadapi angin paling
kencang bagaimanapun,pak.
Pemimpin : bagus. kemudi?! (PN: 3)
Seseorang : dijamin takkan patah,pak. (PN: 3)
Pemimpin :
bagus, jangkar?! (PN: 3)
Seseorang : jangan
sembarangan turunkan,pak. Menariknya kembali memerlukan ekstra tenaga.
(PN: 3)
Pemimpin : bagus.nah,saudara-saudara,kita beri nama apa
perahu kita yang megah ini? (PN: 3)
Yang
Lain sebagai tokoh tambahan dalam naskah drama “perahu nuh” karya aspar
paturusi memiliki identitas tunggal yaitu Yang Lain, tokoh ini dalam setiap
adegan dalam naskah drama tak ditemukan identiatas lain selain identitas
sebagai yang Lain identitas inilah yang melekat dalam tokoh ini dari awal
penceritaan sampai akhir cerita. Namun tokoh ini tetap ada dan merupakan bagian
dari alur cerita walaupun tokoh ini tak memiliki bagian penting dalam cerita
namun tokoh ini harus tetap ada dalam cerita karena menjadi penunjang untuk
tokoh utama. pengarang berusaha untuk
megkaji naskah drama untuk mencari identitas terhadapa tokoh ini. Namun tak
didapatkan identitas lain yang bisa menjadi referensi untuk menonjolkan
identitas tokoh ini dengan lebih sistematis. Jadi penulis menyimpulkan bahwa
tokoh Yang Lain memiliki identitas tunggal.
Berdasarkan
hasil penjelasan yang diuraiakn lebih rinci di atas lebih jelasnya dapat
dilihat pada kutipan berikut ini.
Yang lain: GAGAMA, kata apa itu?aku baru
mendengarnya.
nah,itu kelemahanmu di bidang istilah.GAGAMA
singkatan dri gajah,garuda,harimau.sempurna kehebatannya,bukan? (PN: 3)
Pelapor
sebagai tokoh tambahan dalam naskah drama “perahu nuh” karya aspar paturusi
memiliki identitas tunggal yaitu Pelapor. Tokoh ini dalam setiap adegan dalam
naskah drama tak ditemukan identiatas lain selain identitas sebagai Pelapor
identitas inilah yang melekat dalam tokoh ini dari awal penceritaan sampai
akhir cerita. Namun tokoh ini tetap ada dan merupakan bagian dari alur cerita
walaupun tokoh ini tak memiliki bagian penting dalam cerita namun tokoh ini
harus tetap ada dalam cerita karena menjadi penunjang untuk tokoh utama. pengarang berusaha untuk megkaji naskah drama
untuk mencari identitas terhadapa tokoh ini. Namun tak didapatkan identitas
lain yang bisa menjadi referensi untuk menonjolkan identitas tokoh ini dengan
lebih sistematis. Jadi penulis menyimpulkan bahwa tokoh Pelapor memiliki
identitas tunggal.
Berdasarkan
hasil penjelasan yang diuraiakn lebih rinci di atas lebih jelasnya dapat
dilihat pada kutipan berikut ini.
Seseorang
segerra datang melapor
Pelapor :
Lapor,pak,persediaan makan di pusat
perbekalan susut.ada yang tak beres sewaktu kami siap mengangkutnya. (PN:3)
Pemimpin : Maksudmu ada yang menggerogoti perbekalan
kita? (PN:3)
Pelapor : Kira-kira begitu,pak! (PN: 4)
Pemimpin : Yang tegas!katakan terus terang kalau ada
penyelewengan atau ada yang korupsi.
(PN: 4)
Pelapor : Maaf,pak.penanggung jawab perbekalan telah
kami tangkap. (PN: 4)
Pemimpin : Mana orangnya?hadapkan segera. (mereka menggiring
koruptor) (PN: 4)
Orang-orang
sebagai tokoh tambahan dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi
memiliki identitas tunggal yaitu orang-orang. Tokoh ini dalam setiap adegan
dalam naskah drama tidak ditemukan identiatas lain selain identitas sebagai Orang-Orang
identitas inilah yang melekat dalam tokoh ini dari awal penceritaan sampai
akhir cerita. Namun tokoh ini tetap ada dan merupakan bagian dari alur cerita
walaupun tokoh ini tak memiliki bagian penting dalam cerita namun tokoh ini
harus tetap ada dalam cerita karena menjadi penunjang untuk tokoh utama. pengarang berusaha untuk megkaji naskah drama
untuk mencari identitas terhadapa tokoh ini. Namun tak didapatkan identitas
lain yang bisa menjadi referensi untuk menonjolkan identitas tokoh ini dengan
lebih sistematis. Jadi penulis menyimpulkan bahwa tokoh orang-orang memiliki
identitas tunggal.
Orang
Lain sebagai tokoh tambahan dalam naskah drama “perahu nuh” karya aspar
paturusi memiliki identitas tunggal yaitu Orang Lain. Tokoh ini dalam setiap
adegan dalam naskah drama tak ditemukan identiatas lain selain identitas
sebagai Orang Lain identitas inilah yang melekat dalam tokoh ini dari awal
penceritaan sampai akhir cerita. Namun tokoh ini tetap ada dan merupakan bagian
dari alur cerita walaupun tokoh ini tak memiliki bagian penting dalam cerita
namun tokoh ini harus tetap ada dalam cerita karena menjadi penunjang untuk
tokoh utama. pengarang berusaha untuk megkaji
naskah drama untuk mencari identitas terhadapa tokoh ini. Namun tak didapatkan
identitas lain yang bisa menjadi referensi untuk menonjolkan identitas tokoh
ini dengan lebih sistematis. Jadi pengarang menyimpulkan bahwa tokoh Orang Lain
memiliki identitas tunggal.
Seorang
Wanita sebagai tokoh tambahan dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar
Paturusi memiliki identitas tunggal yaitu Seorang Wanita. Tokoh ini memiliki
kedudukan yang sama dengan tokoh Orang Lain, dalam setiap adegan dalam naskah
drama tak ditemukan identiatas lain selain identitas sebagai Seorang Wanita identitas
inilah yang melekat dalam tokoh ini dari awal penceritaan sampai akhir cerita.
Namun tokoh ini tetap ada dan merupakan bagian dari alur cerita walaupun tokoh
ini tak memiliki bagian penting dalam cerita namun tokoh ini harus tetap ada
dalam cerita karena menjadi penunjang untuk tokoh utama. Penulis berusaha untuk megkaji naskah drama
untuk mencari identitas terhadapa tokoh ini. Namun tak didapatkan identitas
lain yang bisa menjadi referensi untuk menonjolkan identitas tokoh ini dengan
lebih sistematis. Jadi penulis menyimpulkan bahwa tokoh Seorang Wanita memiliki identitas tunggal.
Wanita
sebagai tokoh tambahan dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi
memiliki identitas tunggal yaitu Wanita. Pada hakekatnya tokoh ini memiliki
kedudukan yang sama dengan tokoh Seorang Wanita dimana tokoh ini memiliki
posisi yang sama serta tempat dan kejadian yang sama pula dalam menjalani alur
cerita. tokoh ini dalam setiap adegan dalam naskah drama tak ditemukan
identiatas lain selain identitas sebagai Wanita identitas inilah yang melekat
dalam tokoh ini dari awal penceritaan sampai akhir cerita. Namun tokoh ini
tetap ada dan merupakan bagian dari alur cerita walaupun tokoh ini tak memiliki
bagian penting dalam cerita namun tokoh ini harus tetap ada dalam cerita karena
menjadi penunjang untuk tokoh utama. penulis
berusaha untuk megkaji naskah drama untuk mencari identitas terhadapa tokoh
ini. Namun tak didapatkan identitas lain yang bisa menjadi referensi untuk
menonjolkan identitas tokoh ini dengan lebih sistematis. Jadi penulis menyimpulkan
bahwa tokoh wanita memiliki identitas tunggal.
b. Tokoh
Berdasarkan Sifat
Berdasarkan
sifat tokoh dibedakan menjadi 1) tokoh protagonis, dan 2) tokoh antagonis.
Tokoh protagonis merupakan tokoh yang sengaja diciptakan oleh pengarang untuk
mengemban nilai-nilai kebenaran, nilai-nilai kemanusiaan, dan cita-cita luhur
manusia. Tokoh ini selalu diperhadapkan dengan berbagai macam rintangan, baik
rintangan yang berasal dari dalam dirinya maupun rintangan yang berasal dari
luar dirinya. Rintangan yyang berasal dari dalam dirinya maupun rintangan yang
berasal dari dalam dirinya bisa berupa rasa gusar, takut, kwatir tentang
keselamatannya, perasaan tidak aman dan selalu was-was. Rintangan yang berasal
dari luar dirinya dapat berupa ancaman, gangguan, halangan dan rintangan yang sengaja
dilakukan oleh pihak yang tidak menginginkan nilai-nilai kebenaran, nilai-nilai
kemanusiaan dan cita-cita luhur manusia tegak di muka bumi ini.
Tokoh
antagonis pada sisi lain. Merupakan tokoh yang sengaja diciptakan oleh
pengarang untuk menghalangi nilai-nilai kebenaran, nilai-nilai kemanusiaan dan
cita-cita luhur manusia diiwujidkan. Tokoh ini selalu melakukan macam rintangan
ancaman, gangguan, halangan dan rintangan untuk menghalangi tokoh yang
mengembang nilai luhur kemanusiaan. Tokoh ini tidak menginginkan nilai-nilai
kebenaran, nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita luhur manusia tegak dimuka
bumi ini.
Mengacu
pada kreteria ini, tokoh dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi dipilah
menjadi dua bagian, yaitu 1) pemimpin 2) seseorang 3) yang lain 4) pelapor
sebagai tokoh protagonis dan 1) orang-orang 2) orang lain 3) seorang wanita 4)
wanita sebagai tokoh antagonis. Di antara tokoh-tokoh tersebut, penulis
mengambil salah satu sebagai simbol protagonis, yaitu pemimpin. Tokoh ini
merupakan individu yang diciptakan pengaran untuk mempertahankan nilai-nilai
kebenaran, kemanuusiaan dan cita-cita luhur manusia. Dalam hal ini nilai
kebenaran, kemanusiaan dan cita-cita luhur manusia yang telah dibangun oleh pemimpin
dengan dengan sesorang karena dengan tekat dan semangat dalam menghadapi
berbagai rintangan yang akan dihadapinya pemimpin berusaha untuk bisa
mengkordinir semua anggota masyarakat yang terlibat dalam pembangunan sebuah
perahu yang di beri nama Perahu Nuh dapat menampung semua penghuni pulau dari
penduduk sampai ke peliharaan ternak.
Rasa cinta yang dimiliki oleh
seorang pemimpin kepada masyarakat melibatkan ia pada suatu konsekuensi besar
dimana ia harus membangun sebuah kapal yang sangat besar yang dapat menampung
semua penghuni pulau, namun dalam usaha besar itu pemimpin harus dihadapkan
pada suatu permasalahan besar dimana persediaan perbekalan makanan yang ada di
lumbung pangan menyusut. Namun sebagai seorang pemimpin ia harus menyelesaikan
masalah tersebut, akhirnya ia menyuruh prajuritnya untuk menggiring koruptor
yang mencuri perbekalan makan mereka. Dengan jiwa yang tenang ia berusaha untuk
mengeksekusi koruptor tersebut dengan kebijaksanaan, namun beberapa masyarakat
sangat marah ia berpendapat bahwa seorang koruptur harus digantung, dibuang ke
laut, dicincang, diambil isi perutnya dan berikan kepada kambing-kambing yang
kurus, dan diikat di puncak tiang layat. Namun ia berusah untuk bisa
merealisasikan konsep kebijaksanaan dan memberi hukuman kepada koruptor tersebut
dengan dua pilihan yaitu apakah ia akan ditinggalkan sendiri di pulau atau ia
tetap boleh ikut namun ketika menemukan pulau yang tak berpenghuni maka ia akan
diturunkan ke pulau tersebut, dan semua masyarakat setuju.
Tokoh protagonis berhasil mempertahankan
nilai kebenaran, kemanusiaan dan cita-cita luhur manusia yang dipandang benar
oleh tokoh ini. Hambatan yang dianggap sebagai penghalang untuk menegakkan
nilai-nilai kemanusiaan berhasil ditumpas. Kebijaksanaan hati tetap dapat
dipertahankan oleh tokoh ini.
Sisi lain, orang-orang, orang lain,
dan seorang wanita menganggap bahwa apa yang mereka pertahankan berupa
perkataan pada sisi lain benar. Memang benar, seorang yang telah mengambil hak
orang banyak pantas untuk dihukum dengan hukuman yang setimpal. orang-orang,
orang lain, dan seorang wanita pantas untuk mengataakan seperti itu. Ketika
koruptor tersebut telah menikmati apa yang bukan haknya dan merugikan orang
banyak, ditambah lagi keadaan mereka yang harus meninggalkan pulau otomatis
mereka harus memiliki perbekalan yang banyak karena mereka akan melalui
perjalanan yang cukup panjang untuk mencari sebuah negeri baru.
Konsep pandangan inilah yang membuat
naskah drama ini sedikit sulit untuk menentukan beberapa tokoh yang tergolong
kedalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis ketika kita melihat dari sisi
realita kehidupan yang sebenarnnya, kita bisa berargumen bahwa ketika koruptor
di berikan terus kebijaksanaan maka kebijaksanaan itulah yang akan menjadi
instrumen untuk melakukan hal yang sama, karena ketika kebijaksanaan itu telah
menjadi dewa penolong bagi para kaum koruptor maka hal itu akan terus menjadi
fenomena negeri yang tidak ada akhirnya.
c. Tokoh
Berdasarkan Perwatakannya
Berdasarkan
perwatakan tokoh dibedakan menjadi 1) tokoh sederhana, 2) tokoh kompleks. Tokoh
sederhana merupakan tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi, satu sifat
watak tertentu saja. Sebagai seorang tokoh, ia tidak diungkap berbagai
kemungkinan sisi kehidupannya. Ia tak memiliki sifat dan tingkah laku yang
dapat memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sifat dan tingkah laku yang dapat
memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sifat dan tingkah laku seorang tokoh
sederhana bersifat datar, monoton hanya mencerminkan satu tertentu saja. Watak
yang telah pasti, itulah yang mendapat penekanan terus-menerus terlihat dalam
fiksi yang bersangkutan. Tokoh sederhana karena hanya satu sisi yang menjadi
sorotan, maka tokoh ini mudah dideskripsikan, familiar dan mudah dikenali.
Berbeda halnya dengan tokoh
kompleks. Tokoh ini memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupan,
sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang
diformulasikan, namun ia juga dapat menampilkan tingkah laku yang
bermacam-macam bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga. Oleh
karena itu, perwatakannya kadang sulit sulit dideskripsikan secara tepat. Tokoh
ini kurang akrab dan tidak dikenal sebelumnya. Tingkah lakunya tak terduga dan
memberikan efek kejutan. Berbeda halnya dengan realitas kehidupan manusia yang
kadang tak kosisten dan tak berplot.
Mengacu pada dua pembedaan tokoh
ini, naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi menampilkan, Seseorang dan
Pelapor sebagai tokoh sederhana. Seseorang digambarkan sebagai prajurit/
anggota masyarakat yang patuh kepada pemimpinnya serta berjiwa tulus dan bisa
diandalkan. Seseorang, tokoh ini
digambarkan sebagai seorang yang menjadi tangan kanan dari pemimpinnya sebagai
seorang prajurit ia berusaha untuk bisa melakukan hal-hal yang terbaik yang
diminta oleh pemimpinnnya dan tokoh ini juga mendapat pengaruh besar terhadap
tokoh lain karena tokoh ini memegan bagian penting dari kesuksesan pembuatan
perahu mereka yang mereka beri nama Perahu Nuh.
tokoh ini memberikan gambaran yang konkrit terhadap kesetiaan seorang
prajurit terhadap atasannya. Dari sisi inilah yang menjadi sorotan sepanjang
drama ini. Tidak ada efek kejutan yang dapat hadir dari setiap tindakan, sifat
dan perbuatannya.
Pelapor digambarkan sebagai seorang
tokoh yang menjadi pengawas dibagian pusat perbekalan makanan dan juga orang
kepercayaan dari tokoh pemimpin. Tokoh ini bertugas menyelidiki semua yang
berhubungan dengan perbekalan. Tokoh ini tunduk dibawah kekuasaan pemimpin.
Suatu ketika tokoh pelapor menemukan keadaan perbekalan menyusut ia lansung melapor
kepada pemimpin tanpa menunda sedetik pun. Dan ketika tokoh pelapor di
perintahkan untuk menggiring orang yang menyebabkan perbekalan menyusut tokoh
ini lansung menangkap dan membawa orang tersebut yang tak lain adalah
penanggung jawab perbekalan kehadapan tokoh pemimpin. Tokoh ini tidak bertindak
apa pun termasuk manghakimi koruptor tersebut kerena tokoh ini tahu bahwa ia
tak diperintahkan untuk melakukan hal tersebut sehingga tokoh ini tak melakukan
apa-apa selain menyeret koruptor tersebut kehadapan pemimpinnya. Dengan kata
lain semua keputusan dan tindakan dikembalikan kepada pemimpinnya. Gambaran
mengenai tokoh ini didukung oleh kutipan sebagai berikut.
Pelapor : Lapor,pak,persediaan
makan di pusat perbekalan susut.ada yang tak beres sewaktu kami siap mengangkutnya. (PN:4)
Pemimpin
: Maksudmu ada yang menggerogoti perbekalan
kita? (PN:4)
Pelapor : Kira-kira begitu,pak! (PN:5)
Pemimpin
: Yang tegas!katakan terus terang kalau ada
penyelewengan atau ada yang korupsi.
Maaf,pak.penanggung jawab perbekalan telah kami tangkap (PN:5)
Berbeda
halnya dengan pemimpin. Tokoh ini digambarkan dengan karakter yang kompleks.
Uraian rinci mengenai karakter tersebut adalah sebagai berikut.
Tokoh
pemimpin digambarkan sebagai tokoh yang paling disegani dalam naskah drama
“Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi. Sebagai tokoh yang disegani, pemimpin
berimplikasi pada cara bertutur dan bertindak dalam mengambil keputusan
terhadap tokoh-tokoh lain. Hal itu di tunjukkan dengan kutipan sebagai berikut.
Pemimpin : Diaaam!ingat,sekarang tidak
ada lagi pembunuhan.tidak ada lagi balas dendam.kita akan memulai perjalanan
panjang.pulau yang kita cintai ini namun terpaksa kita tinggalakan,akan kita
lepaskan dengan damai.kalau hukuman tetap kita jatuhkan,maka ada dua pilihan
baginya.pertama,kita tinggalkan dia di pulau ini sendiri.kedua,dia boleh ikut
berlayar,tapi bila kita temukan daratan lain dan ternyata kita masih harus
mencari yang lebih baik,kita akan turunkan pula dia sendiri di sana.setuju,saudara-saudara?
(PN: 5)
Pemimpin : Sudah,bawa dia ke atas perahu.biarkan dia
bebas.perlakukan sama dengan yang lain
(PN: 6)
Seorang wanita : Itu terlalu bijaksana,pak.tidak setimpal
dengan perbuatannya.
Pemimpin
: Biarkan
dia rasakan nikmatnya kenikmatan. (PN: 6)
Wanita : Wah,kalau
begitu dia selalu beruntung,pak.dia sudah menikmati hasil kejahatannya.
(PN:6)
Pemimpin :
Biarlah jadi kenangan seumur
hidup,kalau kita tinggalkan dia di suatu tempat nanti,sudahlah,mari kita berangkat.
(PN:6)
d. Tokoh
Berdasarkan Perkembangan Watak
Berdasarkan
perkembangan watak tokoh dibedakan menjadi 1) tokoh statis 2) tokoh berkembang.
Mengacu pada pemilihan tersebut, naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi
menampilkan Orang-orang, oarang lain, seorang wanita, dan wanita sebagai tokoh
statis. Tokoh-tokoh ini secara esensial tidak mengalami perubahan atau
perkembangan watak sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Tokoh kategori ini sepertinya kurang terlibat dan tidak terpengaruh oleh adanya
perubahan Lingkungan yang terjadi karena adanya hubungan yang terjadi antar
manusia. tokoh-tokoh ini memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tak
berkembang sejak awal hingga akhir. Uraian rinci mengenai tokoh-tokoh statis di
atas adalah sebagai berikut.
1.
Orang-orang
Orang-orang
digambarkan sebagai masyarakat pulau yang mendominasi masyarakat dengan watak yang agak keras.
Tokoh ini dalam penggambarannya menduduki corak yang memusuhi siapa pun yang
bersalah dan mengambil isntrumen bahwa yang bersalah serta merugikan masyarakat
harus di bunuh. Sikap ini ditunjukan dengan bagaimana seorang masyarakat yang
marah akibat ulah penanggung jawab perbekalan yang melakukan korupsi. Namun
tokoh ini digambarkan oleh penulis tetap patuh dan menyerahkan keputusan kepada
tokoh pemimpin walau pun sebelumnya tokoh ini tidak menyetujui keptusan yang
diambil oleh pemimpin. Tokoh ini tidak terpengaruh pada peristiwa manapun yang
dapat mengubah sikap patuhnya pada pemimpinnnya. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada kutipan-kutipan berikut.
Pemimpin :
Tembak apa yang bisa kita tembak. (Mereka menembak) (PN:1)
Pemimpin : Gasak apa yang bisa kita gasak (Mereka
menyerbu menggasak) (PN: 1)
Pemimpi : Sergap apa yang bisa kita sergap. (Mereka
menyergap,mereka memberikan perlawanan sehebat-hebatnya,sampai mereka terhenti
karena capek sendiri) (PN:1)
Kutipan di atas merupakan
peristiwa-peristiwa yang menunjukan bagaimana sikap tokoh seseorang dalam
melakukan apa yang diperintahkan oleh pemimpinnya, ketika pemimpinnya menyuruh
mereka menembak maka mareka pun menembak. Pada dasaranya tokoh ini membawa
penggambaran yang jelas terhadap suatu komitmen steril yang dibangun dengan
rasa yang patuh serta menuruti apa yang diperintahkan oleh pemimpin. Sikap ini
tetap dipertahankan oleh tokoh ini pada adegan-adegan selanjutnya dalam drama
ini. Lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
Orang-orang : Gantung saja dia pak, Buang saja ke
laut, Cincang saja dia.ambil isi perutnya
dan berikan kepada kambing-kambing kita yang kurus. Ikat dia di puncak tiang
layat. Setuju,dan biarkan dia merasakan teriknya mataharI dan dinginnya malam
sampai dia mampus, Jangan berikan dia air atau makan selama dia berada di situ.
(PN: 4)
Pemimpin : Diaaam!!! ingat,sekarang tidak ada lagi
pembunuhan. tidak ada lagi balas dendam, kita akan memulai perjalanan
panjang pulau yang kita cintai ini namun terpaksa kita tinggalakan, akan kita
lepaskan dengan damai kalau hukuman tetap kita jatuhkan, maka ada dua pilihan
baginya pertama, kita tinggalkan dia di pulau ini sendiri, kedua, dia boleh
ikut berlayar, tapi bila kita temukan daratan lain dan ternyata kita masih
harus mencari yang lebih baik, kita akan turunkan pula dia sendiri di sana.
setuju,saudara-saudara? (Mereka setuju). (PN: 4)
Pemimpin : Nah apakah kamu tinggal sendiri di
pulau ini (Orang itu menggeleng(PN : 5)
Kutipan
di atas masih tetap menunjukan kepatuhan orang-orang terhadap pemimpin, rasa
patuh dan tunduk terhadap pemimpin menjadikan tokoh tetap mengerti tentang
posisi dirinya walaupun dalam kutipan dialog diatas tokoh ini tidak setuju
dengan keputusan yang pemimpin memberi kebijaksanaan terhadap koruptor
tersebut. Namun tokoh ini tetap menjunjung nilai hormat dan menghargai setiap
keputusan dari pemimpin, ketika pemimpin mengatakan diam, maka tokoh ini pun
diam dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh pemimpin.
2.
Orang
Lain
Orang
Lain digambarkan sebagai masyarakat pulau yang mendominasi masyarakat dengan watak yang agak keras.
Tokoh ini memiliki kesamaan watak dan pendangan dengan tokoh Orang-Orang dalam
konteks tempat dan kesamaan waktu tokoh ini seiring sejalan untuk menjalankan
alur cerita dalam penggambarannya tokoh ini menduduki corak yang memusuhi siapa
pun yang bersalah dan mengambil isntrumen bahwa yang bersalah serta merugikan
masyarakat harus di bunuh. Sikap ini ditunjukan dengan bagaimana seorang
masyarakat yang marah akibat ulah penanggung jawab perbekalan yang melakukan
korupsi. Namun tokoh ini digambarkan oleh penulis tetap patuh dan menyerahkan
keputusan kepada tokoh pemimpin. Tokoh ini tidak terpengaruh pada peristiwa
manapun yang dapat mengubah sikap patuhnya pada pemimpinnnya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada kutipan-kutipan
berikut.
Orang
Lain : Nah, lihat.untuk bicara pun dia tak sanggup
lagi. Padahal ketika masih jaya, dan belum ketahuan kejahatannya dialah yang
paling cerewet bahkan dia senang membual. (PN: 6)
Pemimpin :Sudah,bawa dia ke atas perahu.biarkan
dia bebas.perlakukan sama dengan yang lain (PN: 6)
Kutipan
di atas menunjukan bagaimana orang lain menunjukan sikap ketidak setujuannya terhadap
keputusan yang diambil oleh pemimpin, tokoh ini berpendapat bahwa koruptor
harus dibunuh ia memahami betul bahwa
apa yang dilakukan oleh koruptor tersebut merugikan masyarakat pulau, disaat
masyrakat pulau sedang disibukan dengan aktifitas membangun perahu dan
mengumpulkan perbekalan, dengan seenaknya koruptor tersebut menguras semua
lumbung perbekalan, serta kepercayaan yang di amanahkan kepadanya ia manfaatkan
untuk kepentingan pribadi dan tiidak mementingkan kepentingan masyarakat lain.
Dan setelah ia ketahuan melakukan korupsi ia diberi kebijaksanaan. itulah yang
membuat tokoh orang lain geram dengan keputusan tersebut namun ia tetap harus
menghargai keputusan dari pemimpin.
3.
Seorang
Wanita
Seorang
wanita digambarkan sebagai masyarakat pulau yang mendominasi masyarakat dengan watak yang agak keras. Pada
dasarnya tokoh ini memiliki kesamaan pendapat dalam suatu hal tertentu dengan
tokoh Yang Lain corak pandang itulah yang kemudian memposisikan tokoh ini pada
tempat yang sama dengan tokoh Yang Lain dalam penggambarannya tokoh ini
menduduki posisi yang memusuhi siapa pun yang bersalah dan mengambil isntrumen
bahwa yang bersalah serta merugikan masyarakat harus di bunuh. Sikap ini juga
yang menjadi bagian dasar dari tokoh Yang Lain namun tokoh yang memiliki watak
yang sebenarnya adalah protagonis sikap ini ditunjukan dengan bagaimana seorang
masyarakat yang marah akibat ulah penanggung jawab perbekalan melakukan korupsi
yang merugikan masyaraakaat pulau. Namun tokoh ini digambarkan oleh penulis
tetap patuh dan menyerahkan keputusan kepada tokoh Pemimpin. Tokoh ini tidak
terpengaruh pada peristiwa manapun yang dapat mengubah sikap patuhnya pada
pemimpinnnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan-kutipan berikut.
Seorang wanita :Itu terlalu bijaksana,pak.tidak
setimpal dengan perbuatannya. (PN: 6)
Pemimpin : Biarkan dia rasakan
nikmatnya kenikmatan. (PN: 6)
Kutipan
di atas menunjukan bagaimana Seorang Wanita menunjukan sikap ketidak
setujuannya terhadap keputusan yang diambil oleh pemimpin, tokoh ini
berpendapat bahwa koruptor harus dibunuh
ia memahami betul bahwa apa yang dilakukan oleh koruptor tersebut
merugikan masyarakat pulau, disaat masyrakat pulau sedang disibukan dengan
aktifitas membangun perahu dan mengumpulkan perbekalan, dengan seenaknya
koruptor tersebut menguras semua lumbung perbekalan, serta kepercayaan yang di
amanahkan kepadanya ia manfaatkan untuk kepentingan pribadi dan tiidak
mementingkan kepentingan masyarakat lain. Dan setelah ia ketahuan melakukan
korupsi ia diberi kebijaksanaan. itulah yang membuat tokoh orang lain geram dengan
keputusan tersebut namun ia tetap harus menghargai keputusan dari pemimpin.
4.
Wanita
Seorang
wanita digambarkan sebagai masyarakat pulau yang mendominasi masyarakat dengan watak yang agak keras.
Tokoh ini memiliki kesamaan watak dan pendangan dengan tokoh orang-orang dan
orang lain dalam penggambarannya tokoh
ini menduduki corak yang memusuhi siapa pun yang bersalah dan mengambil
isntrumen bahwa yang bersalah serta merugikan masyarakat harus di bunuh. Sikap
ini ditunjukan dengan bagaimana seorang masyarakat yang marah akibat ulah
penanggung jawab perbekalan melakukan korupsi. Namun tokoh ini digambarkan oleh
penulis tetap patuh dan menyerahkan keputusan kepada tokoh pemimpin. Tokoh ini
tidak terpengaruh pada peristiwa manapun yang dapat mengubah sikap patuhnya
pada pemimpinnnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan-kutipan berikut.
Wanita : Wah,kalau begitu dia selalu
beruntung,pak.dia sudah menikmati hasil kejahatannya.
Pemimpin : Biarlah jadi kenangan seumur
hidup,kalau kita tinggalkan dia di suatu tempat nanti, sudahlah, mari kita berangkat.
Kutipan
di atas menunjukan bagaimana Wanita menunjukan sikap ketidak setujuannya
terhadap keputusan yang diambil oleh pemimpin, tokoh ini berpendapat bahwa
koruptor harus dibunuh ia memahami betul
bahwa apa yang dilakukan oleh koruptor tersebut merugikan masyarakat pulau,
disaat masyrakat pulau sedang disibukan dengan aktifitas membangun perahu dan
mengumpulkan perbekalan, dengan seenaknya koruptor tersebut menguras semua
lumbung perbekalan, serta kepercayaan yang di amanahkan kepadanya ia manfaatkan
untuk kepentingan pribadi dan tidak mementingkan kepentingan masyarakat lain. Sebagai
seorang masyarakat tokoh ini betul-butul marah kondisi kemarahan ini memang
pantas untuk direalisasikan. Penulis mengkaji secara mendalam naskah ini juga
terhanyut dengan rasa marah itu ketika
melihat posisi wanita sebagai seorang masyarakat biasa yang berusaha untuk
membantu persediaan makanan dan tiba-tiba persediaan perbekalan menyusut dan
ternyata yang menyebabkan hal itu adalah orang yang dipercaya untuk menjaga
persediaan perbekalan seenaknya mengambil dan menkmati sendiri hasil dari
korupsinya dan sedikit pun ia tak mengerti keadaan masyarakat yang sedang mengumpulkan
perbekalan kerena mereka akan meninggalkan pulau. Dan setelah ia ketahuan
melakukan korupsi ia diberi kebijaksanaan. itulah yang membuat tokoh orang lain
geram dengan keputusan tersebut namun ia tetap harus menghargai keputusan dari
pemimpin.
e. Tokoh Berdasarkan Kemungkinan Pemcerminan Tokoh
Berdasarkan
kemungkinan pencerminan tokoh dibedakan menjadi 1) tokoh tipiikal, 2) tokoh
netral. Mengacu pada dua pembedaan ini, dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya
Aspar Paturusi menampilkan dua orang tokoh tipikal, yaitu pemimpin dan
seseorang. Kedua tokoh ini menampilkan tipikal yang berbeda. Pemimpin mewakili
tipikal seorang penguasa yang memimpin masyarakat suatu pulau. Tokoh ini juga
mewakili tipikal seorang pemimpin yang bijaksana. Pada sisi lain adalah
seseorang. Tokoh ini mewakili tipikal seorang anak buah (prajurit) yang patuh
terhadap pemimpinnya. Tokoh ini juga mewakili anak buah masa lalu yang sangat
patuh terhadap pemimpinnya.
Tokoh
pemimpin sebagai tipikal seorang pemimpin yang diwakili oleh tindakan yang
cukup bijaksana terhadap semua warga masyarakatnya. Tindakan tokoh ini pada
masanya merupakan sebuah komitmen yang besar untuk menciptakan keadaan
masyarakat pulau yang sejatera, komitmen itulah yang membuat semua masyarakat
pulau sangat menghargai tokoh ini dan mengaminkan semua yang dikatakan oleh
tokoh ini. Suatu tindakan yang besar yang diposisikan untuk memberi suasana
kedamaian yang ditebarkan oleh rasa cinta seorang pemimpin terhadap
masyarakatnya tanpa menabur sedikit pun bibit kebencian kepada sesama.
Tokoh
ini mendewakan nialai-nilai kemanusiaan yang tak boleh dilanggar oleh semua
masyarakat pulau siapa pun yang bersalah harus di hukum namun tidak boleh
melepaskan nilai-nilai kemanusiaan, hukuman harus tetap di tegakkan namun tidak
boleh melepaskan hak hidup untuk yang bersalah. Namun pandangan tersebut
kontoversial dimana hal tersebut harus dijunjung tinggi oleh masyarakat pulau
termasuk tokoh seseorang, namun ketika suatu masalah besar terjadi saat
perbekalan makanan susut dan beberapa masyarakat sangat marah ia berpendapat
bahwa seorang koruptur harus digantung, dibuang ke laut, dicincang, diambil isi
perutnya dan berikan kepada kambing-kambing yang kurus, dan diikat di puncak
tiang layat persepsi itulah yang menjadi konflik mendasar dalam naskah drama
ini sebagian besar tokoh-tokoh memegan opini ini kuat-kuat. Namun pemimpin
berusah untuk bisa merealisasikan konsep kebijaksanaan dan memberi hukuman
kepada koruptor tersebut dengan dua pilihan yaitu apakah ia akan ditinggalkan
sendiri di pulau atau ia tetap boleh ikut namun ketika menemukan pulau yang tak
berpenghuni maka ia akan diturunkan ke pulau tersebut suatu komitmen yang telah
disepakati bersama membuat tokoh seseorang menyadari bahwa hak hidup seseorang
itu sangat berharga.
Tokoh-tokoh
yang dihadirkan pengarang, untuk dapat membangun persoalan dan menciptakan
konflik-konflik, biasanya melalui peran-peran tertentu yang harus mereka
lakukan. Jarang tokoh mempunyai peran tunggal, biasanya tergantung dengan
interaksi sosial yang dilakukannya. Perubahan lawan interaksi sosial akan
menyebabkan perubahannya peran seorang tokoh. Setiap peran umumnya selalu hadir
berpasangan dengan peran lain dalam membentuk suatu permasalahan konflik.
Setiap permasalahan atau konflik. Namun beberapa peran itu, tetap hadir dalam
dua kelompok peran yang berpasangan.
Seorang
tokoh, karena situasi serta lawan interaksi yang berbeda mungkin akan tampil
dalam peran yang berbeda akan menyebabkan munculnya kondisi karakter yang
berbeda-beda dari sekian banyak kemungkinan, paling tidak dirumuskan sebanyak
enam kedudukan peran para tokoh di dalam drama sebagai berikut.
1. Peran lion yaitu tokoh atau tokoh-tokoh yaang
dapat dikategorikan sebgai tokoh pembawa ide. Mungkn dengan istilah lain dapat
disebut sebagai tokoh protagonis. Tokoh ini memperjuangkan sesuatu, yang
mungkin berupa keberanian, cinta, atau juga wanita.
2. Peran Mars, yaitu tokoh yang menentang dan
menghalang-halangi perjuangan peran Lion dalam
mencapai keinginan dan tujuan yang diperjuangkan tokoh peran Lion tersebut. Biasanya peran Mars juga berkeinginan untuk mendapatkan
apa yang diinginkan oleh peran Lion.
3. Peran
Sun, yaitu tokoh atau apa pun yang
menjadi sasaran perjuangan Lion dan juga yang ingin mendapatkan Mars.
4. Peran
Earth, yaitu tokoh atau apa pun yang
menerima hasil perjuangan Lion atau Mars. Jika Lon berjuan sendiri untuk dirinya sendiri, maka Lion sekaligus berperan sebagai Earth.
5. Peran Scale, yaitu peran yang menghakimi,
memutuskan, menengahi, atau juga menyelesaikan konflik dan permasalahan yang
terjadi di drama. Biasanya pertentangan antara Lion dan Mars.
6. Peran
Moon, yaitu peran yang bertugas
sebagai penolong. Mungkin saja Moon bertugas
menolong Lion, tetapi juga akan ada Moon yang menolong Mars.
Berdasarkan
deskripsi tersebut maka dapat dirumuskan kedudukan peran tokoh-tokoh dalam
naskah drama “Perahu Nuh” karya aspar paturusi sebagai berikut.
Pemimpin =
Lion
Orang-orang
= Mars
Orang lain = Mars
Seorang wanita = Sun
Seseorang = Earth
Pemimpin sebagai tokoh
pembawa ide merupakan tokoh yang menjadi sangat penting. Tokoh ini mendominasi
sebagian besar cerita. Dominasi tersebut baik dalam bentuk ide maupun dalam
hibungannya dengan tokoh-tokoh lain. Dominasi digambarkan dalam bentuk sikap tokoh
dalam memutuskan suatu keputusan dalam berbagai hal serta konsep kebijaksanaan
yang menjadi istrumen dalam memimpin masyarakatnya dalam hal ini tokoh-tokoh lain untuk mengikuti kehendaknya.
Ini ditunjukkan oleh sikap dan tindakan yang di lakukan pada saat tokoh ini
akan memberikan hukuman kepada seorang koruptor yang tidak lain adalah orang yang
bertugas menjaga perbekalan. Suatu keputusan yang sulit harus ia ambil namun di
lain sisi polemik hebat harus ia lalui dengan ketidak setujuan tokoh-tokoh lain
untuk memberikan kebijaksanaan terhadap koruptor tersebut namun tokoh ini tetap
berusaha untuk meyakinkan masyarakatnya untuk tidak menebarkan rasa kebencian
kepada oarang lain. konsep nilai kebijaksanaan tetap diembannya.
Dalam keadaan ini tokoh pemimpin
harus bisa menjalankan tuganya untuk mengeksekusi atau memberi hukuman kepada
penjaga perbekalan yang melakukan korupsi, namun polemik hebat terjadi saat
tokoh-tokoh yang ada dalam alur cerita dalam naskah drama ini kesal dan ingin
menghabisi koruptor tersebut, namun tokoh ini berusaha untuk menenangkan
keadaan yang memanas ini dengan memberi kebijaksanaan terhadap koruptor
tersebut. Sikap ini menjadi penggerak tokoh-tokoh lain untuk bertindak sesuai
dengan tuntutan dan kehendak tokoh ini .
Pemimpin sebagai peran lion dalam menjalankan ide selalu
mendapat pertentangan dari mars.
Peran ini dijalankan oleh orang-orang masyarak pulau. Titik kemarahan
sebenarnya terletak pada persoalan perbeklan makanan yang di kurupsi oleh
koruptor yang mengakibatkan adanya perbedaan ide dari kedua tokoh ini. Pemimpin
(lion) hendak mempertahankan
nilai-nilai kemanusiaan dan kebijaksanaan. Sementara orang-orang (mars) sebaaliknya. Tokoh mars tidak setuju dengan kebijaksanaan
yang pemimipin (lion) berikan kepada
kuruptor tokoh mars berpendapat bahwa
koruptor tidak pantas untuk diberikan kebijaksanaan karena dengan kebijaksanaan
yang diberikan kepadanya akan menjadi halnya yang akan membuatnya terus
melakukan hal tersebut koruptor harus dibunuh, digantung dan dibuka isi
perutnya kemudian akan diberiakn kepada kambing-kambing yang kurus. Karena
tokoh mars yakin bahwa kebijaksanaan yang terus-menerus
diberikan kepada koruptor akan membuatnya kembali melakukan hal tersebut, dan
hal itu akan terus menghancurkan kesejahtraan masyarakat pulau.
Prinsip mars mengenai kebijaksanaan yang diberiakan kepada koruptor akan
menjadi kekuatan besar untuk melakukan hal yang sama. Dan berusaha untuk
meyakinkan kehendak lion yang juga
dianggap tidak sesuai dengan cita-cita yang ingin dicapainya. Peran ini
berusaha dipertahankan oleh Orang-Orang.
Persoalan ini berat dan pelik karena
peran lion dan mars adalah pemimpin dan masyarakat. Menghadapi peran ini pembaca
dibawah pada situasi yang sedikit sulit. Dimana konsep kebijaksanaan yang harus
diberiakan kepada seorang kuruptor yang sudah merugkan masyarakat banyak.
Sekilas pembaca akan mengatakan bahwa yang benar adalah mars memang pada dasarnya
ketika penulis memposisikan diri sebaagaai seorang masyarakat dengan berbagai
persoalan negari seperti ini secara jelas mars
memiliki argumen yang benar bahwa kebijksanaan tak pantas diberikan kepada
koruptor karena koruptor sudah terlalu meresahkan masyaraakat banyak serta
merugikan orang banyak. Mars
memposisikan dirinya sebagai seorang masyarakat yang memang pantas untuk
mengatakan hal tersebut agar tak ada lagi koruptor di pulau apalagi mereka akan
meningalkan pulau dan mencari negeri baru yang lebih baik dari pulau mereka
sehingga pembaca akan menjadi mendukung dan membenarkan pendapat mars sebagai perwakilan suara rakyat
untuk bisa menghukum koruptor dengan hukuman yang setimpal termasuk dibunuh.
Namun dilain sisi nilai-nilai hak asasi manusia (HAM) harus di patuhi hak untuk
hidup bagi orang orang lain adalah sesuatu yang sangat berharga.
Peran
sun dalam naskah drama “Perahu Nuh”
Karya Aspar Paturusi berhubungan erat dengan peran mars. Peran ini mengarah pada tokoh atau apa pun yang tujuan
perjuangan mars. Mengacu pada prinsip
ini, maka peran sun mengarah pada
Orang-Orang tokoh ini mengemban peran sun
untuk mempertahankan pendapatnya bahwa kuruptor harus dibunuh.
Peran earth dalam naskah drama “Perahu Nuh”
Karya Aspar Paturusi berhubungan erat dengan peran lion. Peran ini mengarah pada tokoh atau apa pun yang menerima
hasil dari perjuangan lion. Mengacu
pada prinsip ini, maka peran earth mengarah
pada Pemimpin, Pelapor, dan Yang Lain. Ketiga tokoh ini mengemban peran earth untuk mempertahankan nilai-nilai
kesetian dan kepatuhan kepada pemimpin.
Tokoh
kategori pertama mudah dikenali. Biasanya meninbulkan rasa peduli, prihatin dan
kasihan pada bagian tengah cerita. Tokoh ini diperhadapkan dengan berbagai
macam macam masalah yang berturut secara terus menerus. Masalah ini tidak bisa
dihindari. Semua ini harus dihadapi dan dijalani oleh tokoh yang memiliki
karakter ini.
Bagian
tengah, cerita tokoh yang berkarakter baik mulai menemukan titik terang dari
berbagai masalah yang dihadapinya. Perlahan-lahan setiap permasalahan dapat
dilalui dengan diselesaikan dengan baik. Penyelesaian setiap persoalan ini
membangkitkan rasa gembira, senang dan semakin membangkitkan simpatik pada diri
pembaca. Tokoh kategori ini pada posisi ini hadir sebagai tokoh yang disenangi
pembaca.
Tokoh
kategori kedua pada posisi lain. Merupakan tokoh yang menghalangi nilai-nilai
kebenaran, nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita luhur manusia diwujudkan.
Tokoh ini selalu melakukan macam rintangan ancaman, gangguan, halangan dan
rintangan untuk menghalangi tokoh yang mengembang nilai luhur kemanusiaan.
Tokoh inilah yang disebut tokoh sebagai jahat. Tokoh ini mudah dikenali.
Biasanya menimbulkan rasa jengkel dan tidak senang oleh pembaca..
Mengacu
pada kreteria ini, tokoh dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi
dipilah menjadi dua bagian, yaitu 1) Pemimpin, 2) Seseorang, 3) Pelapor, 4)
Yang Lain sebagai tokoh yang berkarakter baik. Tokoh ini membangkitkan simpatik
pada diri pembaca. Meskipun bisa saja berubah sebaliknya. Orang-orang dan
seorang wanita sebagai tokoh jahat. Terkadang ini menimbulkan rasa jengkel pada
diri pembaca. Meskipun terkadang saja berubah sebaliknya.
2.
Motif,
Konflik, Peristiwa dan Alur
Uraian
mengenai motif, konflik, peristiwa, dan alur dalam naskah drama “ Perahu Nuh”
karya aspar paturusi diawali dengan deskripsi sekwen. Deskripsi sekwen penting
dilakukan untuk mengetahui setiap rentetan peristiwa yang terjadi dalam naskah
drama tersebut. Urutan sekwen naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi adalah sebagai berikut.
1. Suasana
latihan peperangan pemimpin
2. Pernyataan
pemimpin terhadap prajuritnya (memberi masukan kepada prajurit)
3. Pernyataan
pemimpin untuk meninggalkan pulau.
4. Keputusan
pemimpin untuk membuat perahu.
5. Tanggapan
prajurit (mengenai perahu yang akan dibuat)
6. Sikap
pemimpin terhadap tanggapan prajuritnya (memberi masukan)
7. Proses
pembuatan perahu (kerja keras prajurit)
8. Laporan
prajurit (mengenai perkembangan perahu yang di buat)
9. Rasa
puas pemimpin terhadap kerja keras prajuritnya.
10. Laporan
(Pelapor) mengenai masalah persediaan perbekalan menyusut
11. Kemarahan
(pemimpin) mengenai perbekalan yang menyusut.
12. Penangkapan
koruptor.
13. Kemarahan
(orang-orang, orang lain, yang lain, seorang wanita dan wanita)
14. Eksekusi
(koruptor) pemimpin bertindak sebagai pemberi keputusan.
15. Tanggapan
seorang wanita (menolak)
16. Pemimpin
bijaksana (memberi kebijaksanaan kepada koruptor)
17. Tanggapan
(wanita) koruptor tak pantas diberi kebijaksanaan
18. Hukuman
(koruptor) di turunkan kesuatu pulau yang tak berpenghuni.
Berdasarkan
sekwen di atas dapat ditentukan rentetan yang terjadi dalam naskah drama
“Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi sebagai berikut.
Peristiwa
diawali dengan Suasana latihan peperangan pemimpin. Suasana menjadi genting dan
ramai saat pemimpin dan prajuritnya menembak dan menggasak apa yang mereka bisa
gasak. Peristiwa ini memunculkan peristiwa kedua, yaitu Pernyataan pemimpin
terhadap prajuritnya (memberi masukan kepada prajurit). Peritiwa ini
memunculkan peristiwa ketiga, yaitu
Pernyataan pemimpin untuk meninggalkan pulau. Peristiwa ini memunculkan
peristiwa keempat, yaitu Keputusan
pemimpin untuk membuat perahu. Peristiwa ini memunculkan periatiwa kelima,
yaitu Tanggapan prajurit (mengenai perahu yang akan dibuat) Peristiwa kelima
memunculkan peristiwa keenam, yaitu Sikap pemimpin terhadap tanggapan
prajuritnya (memberi masukan) Peristiwa keenam memunculkan peristiwa ketujuh,
yaitu Proses pembuatan perahu (kerja
keras prajurit) peristiwa keenam dan ketujuh pada dasarnya tak memiliki
hubungan lansung. Peristiwa ketujuh memunculkan peristiwa kedelapan yaitu
Laporan prajurit (mengenai perkembangan perahu yang di buat) Peristiwa
kedelapan memunculkan peristiwa kesembilan yaitu Rasa puas pemimpin terhadap
kerja keras prajuritnya.
Peristiwa
kesembilan memunculkan peristiwa kesepuluh yaitu Laporan (Pelapor) mengenai
masalah persediaan perbekalan menyusut. Peristiwa kesepuluh memunculkan
peristiwa kesebelas yaitu Kemarahan (pemimpin) mengenai perbekalan yang
menyusut. Peristiwa kesebelas memunculkan peristiwa keduabelas yaitu
Penangkapan koruptor. Peristiwa keduabelas memunculkan peristiwa ketigabelas
yaitu Kemarahan (orang-orang, orang lain, yang lain, seorang wanita dan wanita)
Peristiwa ketigabelas memunculkan peristiwa keempatbelas yaitu Eksekusi
(koruptor) pemimpin bertindak sebagai pemberi keputusan. Peristiwa keempatbelas
memunculkan peristiwa kelimabelas yaitu Tanggapan seorang wanita (menolak)
Peristiwa kelimabelas memunculkan peristiwa keenambelas yaitu Pemimpin
bijaksana (memberi kebijaksanaan kepada koruptor) Peristiwa keenambelas
memunculkan peristiwa ketujuhbelas yaitu Tanggapan (wanita) koruptor tak pantas
diberi kebijaksanaan. Peristiwa ketujuhbelas memunculkan peristiwa kedelapanbelas
Hukuman (koruptor) di turunkan kesuatu pulau yang tak berpenghuni. Rincian
rentetan peristiwa di atas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Peristiwa
|
Hubungan
Antar Peristiwa
|
|
Langsung
|
Tidak
Langsung
|
|
1dan
2
|
√
|
|
2
dan 3
|
√
|
|
3dan
4
|
√
|
|
4
dan 5
|
√
|
|
5
dan 6
|
√
|
|
6
dan 7
|
|
√
|
7
dan 8
|
√
|
|
8
dan 9
|
√
|
|
9
dan 10
|
√
|
|
10
dan 11
|
√
|
|
11
dan 12
|
√
|
|
12
dan 13
|
√
|
|
13
dan 14
|
√
|
|
14
dan 15
|
|
√
|
15
dan 16
|
√
|
|
16
dan 17
|
√
|
|
17
dan 18
|
√
|
|
Rentetan
peristiwa di atas menunjukan bahwa naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar
Paturusi menggunakan alur maju. Peristiwa dibentuk berdasarkan urutan
kronologis. Peristiwa yang satu menjadi penyebab munculnya peristiwa
selanjutnya.
Rentetan
peristiwa di atas dapat ditelusuri konflik yang terjadi dalam naskah drama
“Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi. Konflik yang dimaksud terjadi antara konsep
pandangan yang kontoversial dimana hal menghargai hak hidup orang lain harus
dijunjung tinggi oleh masyarakat pulau termasuk tokoh seseorang, namun ketika
suatu masalah besar terjadi saat perbekalan makanan susut dan beberapa
masyarakat sangat marah ia berpendapat bahwa seorang koruptur harus digantung,
dibuang ke laut, dicincang, diambil isi perutnya dan berikan kepada
kambing-kambing yang kurus, dan diikat di puncak tiang layat persepsi itulah
yang menjadi konflik mendasar dalam naskah drama ini sebagian besar tokoh-tokoh
memegan opini ini kuat-kuat.
3. Latar dan Ruang
Latar
merupakan identitas permasalahan drama sebagai karya fiksionalitas yang secara
samar diperlihatkan penokohan dan alur. Jika permasalahan drama sudah diketahui
melalui alur atau penokohan, maka latar dan ruang memperjelas suasana, tempat
serta waktu peristiwa itu berlaku. Latar
dan ruang di dalam drama memperjelas pembaca untuk mengidentifikasikan
permasalahan drama latar memperjelas keadaan, suasana,
tempat dan waktu terjadinya peristiwa
Bagian ini diuraikan secara rinci mengenai
latar dan ruang kedua unsur ini diuraiakn satu persatu untuk mendapatkan
gambaran rinci mengenai latar dan ruang dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya
Aspar Paturusi
Uraian mengenai latar dalam
naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi diarahkan pada: 1) latar tempat
2) latar waktu.
a.
Latar Tempat
Latar tempat
dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi menggambarkan lokasi
terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerita. Penggambaran latar
tempat ini hendaklah tidak bertentangan dengan realita tempat yang
bersangkutan, hingga pembaca (terutama yang mengenal tempat tersebut) menjadi
tidak yakin dengan apa yang kita sampaikan.
Latar tempat dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya
Aspar Paturusi terjadi di sebuah perahu. Di dukung oleh kutipan sebagai
berikut.
Yang
lain : GAGAMA,kata apa itu?aku baru mendengarnya.
nah,itu kelemahanmu di bidang istilah.GAGAMA
singkatan diri gajah,garuda,harimau.sempurna kehebatannya,bukan? (PN:3)
Pemimpin : Terlalu
muluk,saudara-saudara.sulit kita menemukan nama yang
baru.begini,saudara-saudara,karena perjalann dan keputusan kita meninggalakn
pulau ini bersama-sama sekaligus dengan sebuah perahu besar,naka ini
mengingatkan kita kepada pelayaran nabi NUH dahulu kala.agar tidak rpeot
mempertengkarkan nama,aku usulkan dan semoga di sepakati nama perahu kita ini
ialah perahu NUH. sederhana,bukan ?dan ini nama sejarah. (PN:3)
b. Latar Waktu
Latar Waktu dalam naskah drama “Perahu
Nuh” Karya Aspar Paturusi menggambarkan kapan sebuah peristiwa itu terjadi.
Dalam sebuah cerita sejarah, hal ini penting diperhatikan. Sebab waktu yang
tidak konsisten akan menyebabkan rancunya sejarah itu sendiri. Latar waktu juga
meliputi lamanya proses penceritaan. Latar waktu dalam naskah drama “Perahu
Nuh” Karya Aspar Paturusi tidak di uraikan secara spesifik. Pengarang hanya
menggambarkan bagian yang dapat ditafsirkan sebagai waktu yaitu kondisi atau
keadaan yang mencerminkan siang hari.
Ruang merupakan
unsur lain drama yang jelas berkaitan dengan latar. Ruang juga menyangkut
tempat dan suasana. Namun begitu, sukar untuk menganalisis ruang tanpa
menghubungkannya dengan persoalan pementasan. Membicarakan ruang hanya
menitikberatkan drama sebagai genre sastra belaka memberikan pemahaman yang
tidak menyeluruh. Oleh sebab itu, bukanlah berlebihan jika untuk memahami persoalan ruang di dalam
drama, pembaca menghubungkannya dengan pementasan. Persoalannya, pentas terjadi
di dalam suatu ruang tertentu, tidak dapat pula pembaca dengan cara begitu saja
mencampuradukkan antara teks drama dengan pementasan. Yang menarik untuk
diselidiki adalah ungkapan-ungkapan yang terdapat didalam teks drama yang
mengandung indikasi-indikasi tentang ruang.
4. Penggarapan Bahasa
Di dalam sebuah
drama, dialog merupakan situasi bahasa utama. Namun begitu, pengertian
penggarapan bahasa di sini bukanlah tentang dialog itu sendiri, melainkan
bagaimana bahasa dipergunakan pengarang sehingga terjadi situasi bahasa.
Bagaimana bahasa dipergunakan barangkali menyangkut tentang gaya. Mungkin lebih
tepat jika yang dimaksudkan dengan penggarapan bahasa adalah biasa disebut
dengan style.
Pembicaraan
tentang gaya bahasa menyangkut kemahiran pengarang mempergunakan bahasa sebagai
medium drama. Penggunaan bahasa tulis dengan segala kelebihan dan kekurangannya
harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pengarang. Penggunaan bahasa harus
relevan dan menunjang permasalahan-permasalahan yang hendak dikemukakan; harus
serasi dengan teknik-teknik yang digunakan; dan harus serasi dengan
teknik-teknik yang digunakan; dan harus tepat merumuskan alur, penokohan, latar
dan ruang, dan tentu saja semua itu bermuara pada ketepatan perumusan tema atau
premise teks drama.
Penggarapan bahasa dalam naskah drama “Perahu Nuh”
Karya Aspar Paturusi menggunakan gaya bahasa yang serius.
Karena menggunakan gaya bahasa yang serius berarti gaya bahasa yang digunakan
pada naskah tersebut adalah gaya bahasa tragedi. Sebab tidak ada unsur-unsur
yang menyebabkan orang menjadi tertawa. Penggarapan
bahasa dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi. Di dukung oleh
kutipan sebagai berikut.
Pemimpin
: Tembak apa yang bisa kita tembak. (PN: 1)
Mereka menembak
Pemimpin
: Gasak apa yang bisa kita gasak! (PN: 1)
Mereka menyerbu menggasak.
Pemimpin
: Sergap apa yang bisa kita sergap. (PN: 1)
Gaya
bahasa cenderung dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu penegasan,
pertentangan, perbandingan dan sindiran. Sebagaimana di dalam karya
sastra lainnya, di dalam drama para pengarang pun memanfaatkan hal ini. Tentu
dengan memperhatikan kekhususan karakteristik drama. Masing-masing jenis itu dapat pula diperinci
lebih lanjut, misalnya metafora, personifikasi, asosiasi, paralel, dan
lain-lain untuk jenis bahasa perbandingan, ironis, sarkas, dan sinis untuk
jenis gaya bahasa sindiran; pleonasme, repetisi, klimaks, retoris dan lain-lain
untuk jenis gaya bahasa penegasan, dan paradoks, antitesis, dan lain-lain,
untuk jenis gaya bahasa pertentangan. Penggunaan jenis
gaya bahasa ini akan membantu pembaca mengidentifikasi perwatakan tokoh. Tokoh
yang menggunakan gaya bahasa penegasan dalam ucapan-ucapannya tentu akan
berbeda letaknya dengan tokoh yang menggunakan gaya bahasa sindiran ataupun
pertentangan dan perbandingan.
5. Tema dan Amanat
Bagian ini diuraikan secara rinci mengenai
tema dan amanat kedua unsur ini diuraiakan satu persatu untuk mendapatkan
gambaran rinci mengenai tema dan amanat dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya
Aspar Paturusi
Uraian mengenai tema dan amanat dalam naskah
drama “perahu nuh” karya aspar Paturusi adalah sebagai berikut:
Tema
dalam naskah drama” Perahu Nuh “ Karya
Aspar Paturusi adalah bertemakan Perjuangan. karena dalam naskah drama ini
menceritakan tentang perjuangan seorang pemimpin utuk bertahan hidup di sebuah
pulau. Tema dalam naskah drama “Perahu Nuh” Karya Aspar
Paturusi. Di dukung oleh kutipan sebagai berikut.
Seseorang
: Lapor,semuanya sudah siap? (PN: 2)
Pemimpin
: Perbekalan bagaimana! (PN: 2)
sedang di siapkan, pak!
bagus, itu yang paling penting,agar
perjalanan kita aman.
Tali,bagaimana? apa sudah di simpul
kuat-kuat?
Seseoarang:
Beres,pak!ini tali terkuat yang pernah kita miliki. (PN: 2)
Pemimpin : Itupun sudah biasa.lagi pula pelayaran kita
ini bukan untuk menjelajahi pulau demi pulu.tapi kita ingin menemukan negeri
baru.
saya,pak,saya
usulkan agar perahu kita ini di beri nama:perahu GAGAMA.saya pikir ini yang
paling tpat,pak.nama ini mewakili semangat rakssa,kemegahan perahu,kepstian
bertindk,dan kesepakatan yang di junjung bersama dan penuh musyawarah. (PN: 3)
Amanat yang di sampaikan pengarang dalam naskah
drama “ Perahu Nuh” Karya Aspar Paturusi adalah, bahwa sebagai seorang pemimpin
kita di tuntut untuk bijaksana dalam mengambil keputusan. Karena kebijaksanaan
yang dimiliki seorang pemimpin adalah sesuatu yang sangat di harapkan bagi
seorang bawahan atau prajurit, dan senbaliknya kita sebagai prajurit kita harus
patuh terhadap atasan selama yang dikehendakinya adalah positif dan dapat
diterima oleh akal sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar